Jumat, 21 Desember 2018

Focus






Berikut adalah video pengajaran mengenai Focus. Semoga terberkati. Tuhan Yesus memberkati





Rabu, 21 Maret 2018

Unshakeable


Hai semua… Sudah lama tak berjumpa. Mohon maaf karena kesibukan kerja, jadi baru bisa post lagi. Yang pasti, saya tidak akan pernah lupa mengingatkan, bahwa kita adalah orang-orang yang sudah diselamatkan karena Kasih Karunia dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Darah Yesus menyucikan hidup kita, Kasihnya menguatkan hati kita dan Anugerahnya memampukan kita. Haleluya…

Oke hari ini kita akan belajar mengenai Unshakeable. Unshakeable berarti tidak tergoyahkan/kokoh/berdiri teguh. Lalu, apanya yang kokoh? Mari kita lihat firman Tuhan. Perikop yang diambil adalah mengenai “Dua Macam Dasar”.

Matius 7:24-27 (TB)  "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.
Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.
Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.
Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."

Mari kita bahas satu per satu. Pada ayat 24 dikatakan, “setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya ia sama dengan orang yang bijaksana”. Ayat ini membuat saya berfikir, bukankah firman Tuhan mengatakan kita selamat oleh Anugerah dan bukan usaha kita sendiri? Lalu mengapa Tuhan Yesus mengatakan hal demikian? Ada yang menarik dari ayat ini. “Perkataan” menggunakan kata λόγος (logos) yang artinya adalah firman, pengajaran, doktrin, penjelasan, perkataan. Ada 2 hal yang menarik dari ayat tersebut.

Pertama,  kata imbuh “-Ku” menunjukkan ada “perkataan” lain selain kepunyaan Yesus. “Perkataan” siapa itu? Yup, benar!!! Hukum (“perkataan”) Taurat/Hukum_Agama/Hukum_Musa. Yesus seakan menjelaskan bahwa jika semua orang mengikuti kata-kataNya (bukan Hukum Taurat) maka mereka adalah orang bijak. Ingat, konteks dari ayat ini adalah pengajaran Yesus di bukit. Sehingga “perkataan-Ku” adalah ajaran-ajaran yang Yesus berikan waktu di bukit.

Kedua, terjemahan ISV dan easyEnglish menggunakan kata “message” untuk menjelaskan kata “perkataan” di atas. Sehingga kita bisa pahami, Yesus sedang memberikan pesan penting untuk kita semua... Hmmm... Pesan apa ya itu? Mari kita lihat beberapa contoh.
-        Berbahagialah orang yang membawa damai karena mereka akan disebut anak-anak Allah”. Selama ini saya berfikir damai di sini berarti saya membawa kerukunan di tengah kehidupan sosial saya. Ternyata hal itu kurang tepat (benar, tapi itu bukan yang dimaksud Yesus). Damai di sini, berarti Kedamaian Ilahi yang lebih berkaitan dengan damai akibat keselamatan yang diberikan melalui Mesias (Yesus). Kerukunan terhadap orang lain adalah dampak/hasil dari Damai Ilahi yang kita dapatkan. Hal ini sangat menarik... Bukankah pembawa Damai adalah Yesus itu sendiri? Dia harus mati supaya Damai Ilahi itu ada dalam kita. Dan bukankah Ia adalah Anak Allah?
-       “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga”. Pertanyaan saya, Siapa Empu Kerajaan Surga? Dia adalah Tuhan yang kita kenal dalam diri Yesus!! Dan, Yesus adalah Tuhan yang rela menjadi miskin (menjadi manusia) meninggalkan segala KemuliaanNya di Surga. Luar biasa...
-       “Kasihilah musuh-musuhmu, berkatilah mereka yang mengutuk kamu, perlakukanlah dengan baik mereka yang membenci kamu dan berdoalah bagi mereka yang melecehkan kamu dan menganiaya kamu”;  “Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.”. Semua hal tersebut adalah hal yang akan dialami Yesus. Yesus akan tetap mengasihi orang-orang yang berbuat jahat padaNya. Karena Ia hadir untuk menyelamatkan semua orang.

Apa pesan yang teman-teman tangkap? Yesssss... YESUS MENJADIKAN DIRINYA SENDIRI SEBAGAI CONTOH UNTUK MANUSIA MENJALANI HIDUP. Wow luar biasa... YESUS MELIHAT DESTINY HIDUPNYA DAN MENGAJARKANNYA KEPADA MANUSIA. JENIUS!!! Itulah pesan yang Yesus berikan, yaitu menjadikanNya sebagai PONDASI kehidupan kita.

Oke. Mari kita lanjutkan. Jelas bahwa orang yang menjadikan Yesus (segala perkataanNya, perbuatanNya) sebagai pondasi kehidupannya ibarat orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Saat turunlah hujan dan datang banjir, lalu angin melanda rumah itu, rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu (rumah akan rubuh saat didirikan di atas pasir è bukan dasar pondasi di dalam Yesus).

Kata batu adalah kata yang sering digunakan oleh Yesus. Saya jadi ingat kata-kata Yesus kepada murid-muridNya di Matius 16:13-20 mengenai pengakuan Petrus. Yesus bertanya mengenai siapakah Dia. Dan Petrus menjawab bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah Yang Hidup. Saat itu, Yesus menanggapi jawaban Petrus dan berkata, “Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya”. Kata batu(menggunakan kata petra) pada kedua konteks ini adalah sama. Pada konteks pengakuan (iman) Petrus, Petrus menjadikan Yesus (Mesias dan Anak Allah) sebagai pondasi kehidupannya. Dan Yesus berkata di atas pondasi ini akan Kudirikan jemaatKu (gerejaKu) dan ALAM MAUT TIDAK AKAN MENGUASAINYA (Keselamatan kekal). Artinya apa? Jika kedua konteks ini sama, berarti perikop yang pertama juga berbicara mengenai Keselamatan. Kata rumah menggunakan kata οἰκία (oikia) yang berarti tempat tinggal, rumah atau keluarga (dalam penerapannya). Sehingga rumah ini bisa dikatakan sebagai kumpulan orang-orang (keluarga) yang berdiri di atas pondasi Yesus. Saat hujan, banjir dan angin datang mereka tetap kokoh/kuat berdiri.



Kata hujan, banjir dan angin dalam terjemahan baru ini, agaknya kurang menggambarkan arti kata sesungguhnya. Terjemahan aslinya (yunani) memiliki arti yang lebih mendalam dan lebih kuat. “Hujan” dalam ayat tersebut berarti hujan yang sangat kuat/dasyat. “Banjir” berarti aliran air yang sangat kuat bahkan mungkin lebih dekat dengan air bah. “Angin” berarti aliran angin yang sangat kencang atau sangat bergelora. Wow... Ternyata kata “Hujan”, “Banjir”, dan “Angin” ini menggambarkan sebuah bencana yang maha dasyat. Sehingga, dalam kisah yang sama pada kitab yang lain (Lukas), penulis kitab tersebut menggunakan istilah AIR BAH.

Satu pertanyaan simple yang saya ajukan. Kapan terakhir kali air bah muncul? Semua akan sepakat mengatakan bahwa air bah muncul pada saat kejadian Nabi Nuh. Pada cerita Nabi Nuh, hampir seluruh makhluk dibumi diluluh lantahkan. Semua manusia, kecuali keluarga Nuh, mati semua. Yang tidak mati adalah makhluk hidup yang dibawa Nuh ke atas Bahtera. Dapat disimpulkan bahwa Bahtera ini adalah gambaran Yesus Kristus sebagai Juru Selamat!!!

Apa teman-teman melihat sesuatu yang menarik di sini? YESSSS.... Bahtera dan Pondasi Batu ini memiliki makna yang hampir identik. Sedangkan hujan, banjir dan angin itu mengambarkan kematian kekal/maut. Sehingga, inilah The God's Code, Kasih Karunia dalam Yesus Kristus: BARANGSIAPA MENJADIKAN YESUS SEBAGAI PONDASI ATAS KEHIDUPANNYA, MAKA SAAT MAUT/KEMATIAN KEKAL ITU DATANG, MEREKA AKAN TETAP BERDIRI KOKOH TAK TERGONCANGKAN. Barangsiapa percaya kepadaNya akan tetap hidup (secara jiwa dan roh) walaupun sudah mati (secara fisik). Tidak ada penghukuman di dalam Yesus Kristus. Yesus adalah Kebenaran yang memerdekakan jiwa kita. Hati kita akan mendapatkan damai sejahtera sorga saat kita menjadikanNya sebagai pondasi dalam kehidupan kita. Kita tidak perlu takut kepada maut, sebab MAUT SUDAH TIDAK BERKUASA ATAS KITA. Tuhan Yesus adalah Kepastian Keselamatan kita!!! Terpujilah nama Yesus Kristus Tuhan sampai selama-lamanya. Amin.  

Senin, 25 Desember 2017

The Greatest Gift

Shalom semua… Hari ini adalah hari khusus, dimana seluruh dunia merayakan kelahiran Tuhan dan Juru Selamat kita, Tuhan Yesus Kristus. Untuk itu postingan kali ini adalah postingan spesial Natal 2017. Semoga teman-teman terberkati semua.

Sebelum masuk ke ayat perenungan, saya mau berbagi apa yang saya dapatkan minggu lalu. Dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus mempunyai banyak sebutan (gelar) antara lain Raja, Anak Daud, Mesias, Juru Selamat dll. Namun saya diingatkan mengenai 2 buah sebutan yang berupa kontradiksi. Keduanya adalah Anak Allah dan Anak Manusia. Saya akan memberi penjelasan yang sederhana mengenai keduanya.

Kita ketahui bahwa Allah kita adalah Allah Abraham, Ishak dan Yakub Yang menciptakan langit dan bumi seisinya. Penggunaan sebutan Anak Allah adalah sesuatu yang mengejutkan orang Yahudi pada jaman itu karena Allah adalah kudus, esa dan tidak memiliki “keturunan”. Dapat dibilang, sebutan Anak Allah merupakan penghujatan kepada Allah Israel. Saya pribadi memahami bahwa Anak Allah bukanlah berarti terdapat keturunan secara lahiriah dari Ayah dan Ibu. Yesus lahir dari Roh Tuhan sendiri, melalui wanita yang belum pernah menikah, bernama Maria. 

Seminggu yang lalu, Saya mendapatkan pengertian lebih lagi mengenai Anak Allah. Dalam kehidupan sehari-hari sering muncul sebutan-sebutan untuk orang-orang di sekitar kita. Semisal anak muda, orang tua, orang sakit dan lain-lain. Anak muda tidak memerlukan ayah dan ibu, untuk disebut anak muda. Anak muda berarti dia anak yang memiliki sifat muda. Orang sakit adalah orang yang sedang sakit. Demikian juga dengan Anak Allah. Anak Allah adalah seseorang yang memiliki kuasa Allah, sifat Allah, Pribadi Allah. Sebutan Anak Allah adalah suatu klaim bahwa Yesus adalah Manusia yang memiliki Keilahian Allah. Yesus adalah Manusia yang ditinggikan, karena sejatinya, Ia adalah Allah pribadi yang menjadi manusia.

Sebutan Anak Manusia juga sering muncul di Injil. Bahkan Yesus sendiri mengutarakan bahwa Dia adalah Anak Manusia. Tentu saja sama seperti uraian di atas, bahwa Anak Manusia bukan serta merta Dia memiliki Ayah dan Ibu, namun Dia adalah Tuhan yang memiliki sifat dan tubuh manusia. Sehingga saat Yesus menyebut diriNya sebagai Anak Manusia, Dia yang adalah Allah yang merendahkan diri sebagai manusia.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan, Yesus adalah Allah dan manusia di saat yang bersamaan. Dia adalah Allah yang merendahkan diri sebagai manusia dan manusia yang ditinggikan sebagai Allah. Ibarat uang koin, Yesus memiliki 2 sisi yaitu Allah dan manusia. Jelasnya, Yesus berdiri di dua sisi, Allah dan Manusia. Lalu apa kaitannya dengan tema kita saat ini? Nanti kita akan bahas bersama-sama. Namun, saat ini kita kembali ke tema kita terlebih dahulu, The Greatest Gift.          

Natal begitu indah serta memberi damai dan sukacita tersendiri bagi kita semua. Tidak jarang untuk berbagi sukacita, kita semua membagikan hadiah untuk keluarga kita, teman kita atau bahkan ke orang lain yang membutuhkan. Dan pernahkah kita mendapatkan hadiah yang begitu luar biasa indah atau berkesan seumur hidup?

Suatu kali saya bertanya pada beberapa anak remaja di rumah saya. Menurut kalian, apa The Greatest Gift yang pernah kamu dapat seumur hidup? Ada yang menjawab buku, nafas, hidup, bisa makan dll. Menurut saya, semua jawaban sudah benar dan baik, sampai saya mendengar suatu jawaban yang luar biasa. Keponakan saya, berumur 14 tahun, menjawab dengan spontan dan mantab. Dia menjawab, “The Greatest Gift adalah Keselamatan!!!”. Sesaat perasaan saya campur aduk mendengar jawabannya. Saya kagum, kaget, terharu, lengkap sudah… Saya heran seorang anak, berumur 14 tahun, bisa memiliki iman seperti itu. Jawaban itu, menginspirasi saya dalam penulisan postingan ini. Mari kita bahas lebih lanjut…



Kolose 3 : 15 (TB) : Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.

Itulah tema Natal kita tahun ini. Natal tidak akan lepas dari kata-kata “damai sejahtera”. Damai sejahtera dalam potongan ayat tersebut menggunakan kata Yunani, εἰρήνη (eirēnē). Arti kata εἰρήνη adalah ketenangan, kedamaian, kondisi damai dari kekacauan dan perseteruan perang, keamanan, ketenangan jiwa bersumber dari penyelamatan Kristus, bentuk kondisi perasaan tenang dari orang benar akan kehidupan setelah kematian (kepastian akan keselamatan), dan kelimpahan (akan ketenangan).


Dapat dilihat dari arti kata “damai sejahtera” di atas, kita bisa menangkap bahwa kedamaian yang dimaksud bukanlah serta merta mengenai kedamaian dalam artian rukun satu sama lain (antar manusia). Tapi kedamaian itu adalah kedamaian Ilahi, dimana kita tidak takut lagi akan kehidupan kita setelah kematian. Perseteruan antara manusia dan Allah sudah diselesaikan melalui Kasih Karunia Yesus. Hukuman yang Tuhan pernah ucapkan (maut) sudah tidak perlu ditakutkan lagi. Kita sudah hidup dalam kepastian keselamatan (kekekalan di Kerajaan Sorga). Semua sudah selesai melalui Karya Keselamatan Kristus. Bukankah kedamaian inilah yang dicari semua orang beragama?

Suatu kali saya sedang melakukan perjalanan kerja ke luar Jawa. Pada waktu saya pulang ke Jawa, saya tiba-tiba diingatkan Roh Kudus, mengenai Yesus digambarkan sebagai Kota Perlindungan kita. Dimana, orang-orang pelanggar Hukum Agama yang di dalam kota tersebut tidak akan mendapat penghukuman tetapi mendapat perlindungan. Tiba-tiba hati saya seperti terbakar api, panas tapi tidak menyengat. Timbul kedamaian yang tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata. Singkat cerita, saya pulang dengan hati yang menyala-nyala dan bersukacita. Semua orang saya sapa dengan senyum. Bahkan, orang di sebelah saya (di pesawat), saya beri tahu mengenai kebaikan dan keselamatan Tuhan. Hehehe…

Di tengah perjalanan, terjadi turbulence yang cukup kencang. Setiap orang mulai panik dengan keadaan tersebut. Mereka mulai berdoa dengan cara masing-masing. Saya melihat kondisi tersebut, tapi saya malah heran dengan diri saya sendiri. Saya tetap tenang dan damai!! Saya tidak takut akan kematian!! Karena di dalam Yesus ada kepastian akan kehidupan setelah kematian!! Akhirnya saya pulang dengan selamat. Dan lihat dampak dari kedamaian itu… Saya pun bisa rukun dengan orang lain. Setiap orang yang di sekitar saya, siapapun dia, saya merasa mereka adalah saudara saya sendiri. Tiap orang yang bertemu dengan saya, saya hormati, kasihi dan hargai sebagaimana martabatnya sebagai manusia. Wow… Luar Biasa. Saya sungguh mengucap syukur!!!

Inilah damai sejatera Kristus itu, bukan tenang secara lahiriah saja tapi secara rohaniah. Keadaan apapun di dunia ini, tidak akan pernah mengubah kebenaran bahwa kita sudah diselamatkan oleh Yesus Kristus. Masalah terbesar kita (maut) sudah diselesaikan olehNya. Dan hidup dalam damai sejahtera itulah, alasan bagi kita dipanggil dalam satu tubuh (menjadi satu karena sama-sama hidup dalam kedamaian dalam keselamatan). Sehingga, tidak ada alasan untuk kita tidak mengucap syukur. Karena kepastian akan keselamatan ini, hati kita akan berlimpah akan ucapan syukur. Keselamatan hidup kita bukan ditentukan oleh apa yang kita perbuat atau belum perbuat, tapi apa yang Yesus perbuat di kayu salib.

Wow… Teman-teman, siapa yang mulai paham akan damai sejahtera Natal itu?? Itulah mengapa kita bersukacita dalam menyambut dan merayakan Natal Kristus. Yesus adalah alasan kita bersukacita, sebab Dialah, Juru Selamat Dunia, Sang Raja Damai!! Dialah The Greatest Gift Yang Bapa berikan kepada kita. Sebab di dalam Dia ada Kasih Karunia yang membawa kita kepada keselamatan, pengampunan dosa, kesembuhan, kelimpahan dsb. Luar biasa Tuhan kita… Agung namaNya!!!

Oke, Dialah, The Greatest Gift kita…Tapi apa kaitannya dengan Yesus berdiri di 2 sisi? Ya, benar… Dari sisi Tuhan, Yesus berdiri di sisi Allah untuk menjadi The Greatest Gift bagi manusia. Sebab Dialah kunci penyelesaian pergumulan terbesar manusia, yaitu keselamatan. Namun ingat, Dia juga berdiri di sisi manusia. Untuk apa? Untuk menjadi The Greatest Gift bagi Allah Bapa! Sebab, Yesus adalah Anak Domba Korban Yang tak bercacat dan bercela. Dialah Korban yang menyenangkan hati Bapa. Hati Bapa terpuaskan setelah ada Seseorang yang mampu mengenapi Hukum Agama (Taurat). Sehingga akibatnya, Allah Bapa tidak lagi melihat pada dosa manusia lagi, tetapi memandang “Perwakilan” manusia (yaitu Yesus) sebagai korban (hadiah) terindah bagiNya.

Inilah Kebenaran!!! Yesus adalah The Greatest Gift bagi kita (manusia) dan bagi Allah Bapa. Dialah win-win solution untuk perseteruan abadi Tuhan dan manusia (akibat dosa). Kedua pihak terpuaskan, kedua pihak bersukacita, kedua pihak hidup dalam damai abadi sampai selama-lamanya. Amin… Terpujilah Yesus Kristus Tuhan, The Greatest Gift di hari Natal Kristus, bagi Allah dan manusia. Selamat bersukacita dalam indahnya damai Natal. Tuhan Yesus memberkati. 



Rabu, 22 November 2017

171122 The Lord of The Keys

Sekedar bercerita… Saya sering berfikir, apa yang bisa kita lakukan jika Tuhan Yesus tidak mau datang ke dalam dunia ini? Semakin kita berusaha dengan kekuatan kita, semakin tampak ketidakmampuan kita dalam menjalankan hukum agama. Semakin kita berusaha menghindari dosa (guna mencapai keselamatan), justru semakin kita terjatuh dalam dosa. Beruntunglah kita!!! Kita punya Tuhan, yang begitu mencintai kita dan rela berkorban untuk menanggung semua dosa dan memikul beban hukum agama. Haleluya… Mari kita ke pengajaran The Lord of The Keys.
Saya penggemar berat sebuah film, yang mendapat banyak grammy award, yaitu The Lord of The Ring. Dalam cerita film tersebut, dijelaskan ada sebuah cincin yang dapat memberi kekuatan kepada siapa pemilik kunci tersebut. Alhasil, cincin itu menjadi rebutan oleh banyak makhluk, baik manusia maupun makhluk lain. Segala hal rela dikorbankan untuk mendapatkan kekuatan cincin itu. Entah berapa waktu, harta dan nyawa sudah hilang demi mendapatkan kuasa dari cincin itu. Wow… Keren banget film ini!!!
Hampir mirip dengan cerita itu, Tuhan Yesus pernah menjelaskan tentang Perumpamaan mengenai Kerajaan Sorga. Dalam Matius 13:44-46, dijelaskan hal Kerajaan Sorga itu seumpama harga terpendam dan tersimpan di ladang. Penemunya merasa begitu girang, lalu menjual semua miliknya untuk membeli ladang tersebut. Di cerita selanjutnya, hampir sama dengan itu, hal Kerajaan Sorga diibaratkan seorang pedagang mutiara yang menjual segala miliknya, untuk mendapatkan mutiara yang indah. Bukankah benar, setiap orang akan melakukan segalanya, untuk mendapatkan hal yang paling berharga dalam hidupnya. Berapapun nilai yang harus diberikan, rela dikorbankan untuk hal berharga tersebut. Yesus menggambarkan hal Kerajaan Sorga menjadi hal yang paling berharga dan penting dalam kehidupan manusia (khususnya orang Israel jaman itu), sehingga semua orang akan berusaha mengejar hal itu. Lalu, mengapa Kerajaan Sorga begitu ditekankan dalam perumpamaan tersebut?
Selama berabad-abad, kehadiran Yang Diurapi (Mesias) begitu ditunggu-tunggu oleh bangsa Israel. Mereka berharap Raja Mulia yang dinubuatkan para nabi, akan membawa Israel kembali berjaya sebagai bangsa pilihan Allah. Mereka menanti Keturunan Daud yang akan mengokohkan Kerajaan Israel selama-lamanya. Semua hal itu berlangsung sampai kehadiran Yesus dari Nazaret, Yang dipercaya sebagai the next David. Namun ternyata, harapan orang Israel mengenai Kerajaan Israel dan Kerajaan yang dibawa oleh Yesus adalah berbeda. Yesus membawa sebuah Kebenaran bahwa Kerajaan itu bukan kerajaan secara duniawi, tetapi Kerajaan secara spiritual. Yesus akan menjadi Rajanya dan semua bangsa menjadi anggota Kerajaan itu. Kerajaan itu kokoh dan tidak akan tergoyahkan. Kerajaan itu adalah Kerajaan Sorga.

Pada postingan sebelumnya, Yesus berbicara mengenai orang miskin di hadapan Allah yang adalah empunya Kerajaan Sorga. Pada kali ini kita akan membahas siapa The Lord of The Keys (of The Kingdom of Heaven). Kunci-kunci itu sangat berharga dan berkuasa, karena dapat membuka hal-hal sorgawi. Jika orang-orang tahu mengenai kunci-kunci ini, mereka akan berusaha keras mencarinya. Berapapun harganya, akan dipertaruhkan demi mendapatkan Kunci-kunci ini!! Bagaimana cara mendapatkan Kunci-kunci Kerajaan Allah? Dan inilah The God’s Code, Kunci-kunci ini pernah diberikan kepada salah seorang murid Yesus yaitu Petrus.

Matius 16:13-20 (TB) Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi." Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." Lalu Yesus melarang murid-murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun bahwa Ia Mesias.

Wow… Petruslah yang diberikan kunci-kunci Kerajaan Sorga (KJV: the Keys of the Kingdom of Heaven). Bukankah Kerajaan Sorga digambarkan sebagai hal yang sangat berharga, sampai orang-orang ingin menjual segala yang mereka punya untuk mendapatkannya? Mengapa dengan mudahnya Yesus memberikan kunci-kunci yang sangat berharga itu? Lalu mengapa Petrus mendapatkannya? Mari kita bahas…
            Suatu kali Yesus bertanya kepada para murid, apa yang mereka dengar mengenai siapa Dirinya (Anak Manusia) itu? Ada yang menjawab bahwa Dia adalah Yohanes Pembabtis atau nabi Israel (Yeremia, Elia dll). Lalu Yesus bertanya pendapat mereka pribadi mengenai siapa Dia. Dan tentu saja, ada satu murid Yesus yang suka berbicara dengan keras dan spontan, yaitu Petrus. Ia menjawab bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup! Wow… Mantab sekali iman Petrus ini. Petrus sangat yakin bahwa Yesus adalah Mesias yang ditunggu itu. Bahkan lebih dari itu, Petrus mengakui keilahian Yesus sebagai Anak Allah yang nyata (hidup). Iman ini begitu membuat kagum Tuhan dan ia berkata

"Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.”

Ada yang menarik di dua kalimat di atas. Pada kalimat pertama, Tuhan memanggil Petrus dengan nama aslinya yaitu Simon (anak Yunus); dan Petrus pada kalimat kedua. Seperti kita ketahui, Yesus adalah orang yang sangat cerdas (orang paling cerdas di Perjanjian Baru). Belum lagi, Tuhan suka memberikan kode-kode tertentu (bisa melalui perumpamaan), yang suatu saat akan dipahami oleh orang yang mendengarnya. Saya percaya, penggunaan dua nama tersebut bukanlah sembarangan atau kebetulan.
1.    Nama Simon adalah nama yang wajar di dalam kehidupan orang Israel. Nama Simon adalah bahasa orang setempat untuk memanggil nama Simeon (anak Israel). Yang menarik adalah arti nama Simeon/Simon ini. Arti nama Simeon adalah “Mendengar”. Wow… Bukankah ini sangat tepat dengan konteks cerita di atas? Yesus bertanya mengenai “Kata orang” yang sinonim dengan “yang kalian dengar dari orang”… Jadi Yesus sedang berbicara begini kepada Petrus: “Berbahagialah, karena engkau mengatakan bukan apa yang kau dengar, tapi dengan apa yang kau yakin (imani). Iman itu bukan dinyatakan oleh manusia (KJV: bukan darah dan daging) tetapi dari Bapa.”
2.    Nama Petrus memiliki arti yang mendalam. Arti nama Petrus adalah batu/karang. Sedangkan kata jemaat menggunakan kata ἐκκλησία (ekklēsia) yang artinya suatu persekutuan/kumpulan_orang atau sebuah panggilan keluar. Sehingga Yesus berbicara begini pada kalimat kedua : “Engkau ini batu/karang (karena imannya), di atas batu karang ini (di atas iman seperti ini), Aku akan mendirikan persekutuan orang-orang yang dipanggil keluar (dari jalan/kehidupan sebelumnya), dimana mereka akan selamat dari maut (keselamatan, tidak dikuasai oleh kematian yang diakibatkan oleh dosa, KJV: gerbang neraka tidak akan menang)”
Luar Biasa apa yang dikatakan oleh Tuhan kita. Hal ini selaras dengan perkataan Paulus (yang memang memahami keselamatan dari ajaran Yesus) yaitu :

Roma 10:9 (TB)  Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.

Dasyat!!! Inilah Kasih Karunia!!! Bukan karena usaha kita, kita diselamatkan. Semua karena Anugerah melalui Yesus Kristus Tuhan!!! Bagian kita adalah percaya/beriman/mengakui anugerah tersebut, maka kita DISELAMATKAN!!! Haleluya…
            Belum selesai sampai di sini… Ingat, tema kita adalah The Lord of The Keys... Yesus memberikan kunci-kunci tersebut kepada Petrus. Seberapa hebatkah kunci-kunci ini? Kita lihat kuasa/kemampuan kunci ini.

“Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”

Kata kunci disini menunjukkan kuasa otoritas; kuasa untuk membuka atau menutup. Lebih detail mengenai kuasa dari kunci-kunci itu adalah untuk mengikat dan melepas apa yang di dunia (yang akan berimplikasi di sorga). Kata mengikat dan melepas menggunakan δέω(deō) dan λύω (luō). Okey… Lantas apa yang diikat dan dilepas? Konteksnya mengenai apa? Kedua kata itu biasa digunakan untuk menjelaskan mengenai aturan dan hukum agama. Berarti yang diikat dan dilepas adalah : HUKUM TAURAT!! Luar biasa!!! Kuasa dari kunci-kunci itu adalah mengikat dan melepas hukum agama. Kunci-kunci Kerajaan Sorga itulah yang membuat kita bukan lagi menjadi orang-orang yang hidup karena hukum (usaha manusia), tetapi karena iman akan anugerah Allah. Dan siapa pemilik kunci-kunci Kerajaan Sorga yang luar biasa ini? Yes. Orang-orang yang beriman seperti Petrus, yang percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Inilah Kasih Karunia. Kita diselamatkan dan dibenarkan karena iman, bukan usaha kita!! Semua karena anugerah dan selamanya karena anugerah. Terpujilah Yesus Kristus Tuhan selama-lamanya. Amin. 

Rabu, 15 November 2017

171114 Jangan Kaya!

Sebelum masuk ke pengajaran “Jangan Kaya!”, saya mau menjelaskan sesuatu yang keren. Beberapa waktu lalu saya berbincang dengan Pastor Waluyo Sejati (Ayah saya sendiri, hehe), dan Beliau menyatakan hal yang unik. Menurut saya, hal tersebut sangat penting dan akan mempengaruhi pemahaman kita akan Kebenaran itu. Saya akan simpulkan menggunakan bahasa saya sendiri.
Sebenarnya kalau diperhatikan baik-baik, secara garis besar, Yesus berbicara menggunakan 2 “bahasa”. Bukan 2 languages yang dimaksud, tapi 2 sudut pandang/konteks. Apa saja? Yang pertama, Yesus berbicara kepada Ahli_Taurat/Orang_Farisi/ahli_agama/orang_taat_agama, dengan menggunakan sudut pandang Hukum Taurat dan Adat Istiadat Yahudi. Sedangkan yang kedua, kepada orang-orang_hina/pelanggar_Hukum_dan_Adat/pendosa, Yesus menggunakan konteks Kasih Karunia. Sehingga kita harus paham, pada saat Yesus mengajar, Ia menggunakan “bahasa” apa? Benarkah hal tersebut? Mari kita bahas sedikit.
Hukum Taurat dan Adat Istiadat Yahudi adalah hukum yang saklek harus dilakukan oleh orang Yahudi. Hukum ini menonjolkan pada usaha/perbuatan untuk menyembah Tuhan, dalam rangka mencapai keselamatan (lepas dari maut). Jemaat tidak diperbolehkan melanggar hukum tersebut (ada 613 mitzvah). Jika ada pelanggaran, maka imam harus menilai apakah pelanggar layak mendapatkan sangsi atau tidak. Pelanggar juga diminta untuk memberikan korban tebusan dosa, sebagai ganti atas pelanggaran/dosa yang mereka lakukan (untuk lebih lanjut, silakan baca kitab Imamat).
Kasih Karunia adalah sebuah bentuk kebaikan dari Allah, yang mana tidak menonjolkan pada perbuatan dalam mencapai keselamatan, namun semua karena Anugerah Allah melalui Yesus Kristus Tuhan. Barangsiapa percaya kepada Yesus Kristus, tidak akan menerima penghukuman namun akan diselamatkan!!
Oke… Sekarang kita paham, sedikit mengenai dasar Hukum Taurat dan Kasih Karunia. Dalam pengajaranNya, Yesus akan menggunakan konteks Hukum Taurat, jika orang-orang yang di depanNya adalah orang-orang yang mengedepankan, membanggakan, memfokuskan perbuatan (Hukum Agama) dalam penyembahan kepada Bapa. Yesus bisa begitu marah jika orang-orang mulai merasa dirinya mampu untuk mencapai keselamatan dengan kekuatannya sendiri (merasa suci). Mungkin mereka sombong dengan apa yang sudah mereka buat (melakukan Hukum Taurat). Ada pula sebagian yang munafik, karena berusaha menonjolkan perbuatan mereka di depan umum. Sehingga jangan kaget terhadap kemarahan Tuhan Yesus yang sampai berkata, “Orang-orang Munafik”, “Ular Beludak”, “Hamba Dosa..” dll.
Berbeda dengan orang-orang “suci” di atas, Yesus sangat mengasihi orang-orang “pendosa”. Ia menggunakan konteks Kasih Karunia kepada orang-orang yang merasa tidak mampu, tidak layak, sadar bahwa dirinya berdosa, orang yang membutuhkan pertolongan dll. Bukankah Tabib datang untuk orang yang “sakit”, jika kita merasa “sehat” maka apakah guna kedatangan Tabib itu? 1 orang yang membutuhkan pertobatan, lebih berharga daripada 99 orang yang tidak butuh pertobatan. Mulai paham maksud saya? Yes… Jangan kaget jika Yesus begitu mengasihi pendosa-pendosa. Karena dia ada untuk menyelamatkan orang berdosa, bukan orang suci. Dia mencari orang-orang yang membutuhkanNya, bukan yang tidak membutuhkanNya. Sehingga, tidak heran jika kosakata yang digunakan Yesus berbeda dengan sebelumnya, “dosamu diampuni”, “sahabat”, “saudara”, “kamu sembuh” dll.
Saat kita memahami hal di atas, kita akan melihat betapa Tuhan Yesus mengasihi manusia. Orang yang dipandang hina dari Hukum Taurat, justru sangat berharga bagi Tuhan. Banyak ucapan dengan konteks Kasih Karunia yang sangat luar biasa. Salah satu hal luar biasa yang pernah diucapkan Yesus adalah

Matius 5:3 "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.”

Wow… Perhatikan potongan firman Tuhan itu, tidak ada unsur kewajiban melakukan hukum agama sama sekali!! Ada komponen penting bagi mereka yang mau jadi pemilik Kerajaan Sorga, hal itu adalah orang yang miskin di hadapan Allah.
        Potongan ayat di atas adalah salah satu dari rangkaian pengajaran Yesus di bukit saat banyak orang mencariNya. Dalam terjemahan Inggris Versi King James, orang miskin di hadapan Allah diartikan dengan the poor in spirit. Sedangkan dalam bahasa Yunani, kata miskin menggunakan πτωχός (ptōchos), yang artinya orang miskin, pengemis, membungkuk, merendahkan diri. Sementara itu, di hadapan Tuhan menggunakan πνεῦμα (pneuma) yang artinya bisa berarti Roh Tuhan, roh (bagian selain tubuh), spiritual, jiwa. Sehingga jika semua arti di atas digabungkan, arti kalimat miskin di hadapan Tuhan, bisa diartikan tidak punya apa-apa (tidak punya yang dibanggakan) di hadapan Tuhan, miskin secara spiritual atau jiwa yang miskin, sangat membutuhkan Tuhan (karena tidak punya apa-apa secara spiritual), merendahkan diri secara rohani/spiritual.
Itulah kunci untuk mendapatkan Kerajaan Sorga. Bukan dengan perbuatan kita, namun semua karena pertolongan Tuhan. Orang-orang ini adalah orang-orang yang benar-benar hanya bisa berharap pada Tuhan, tidak ada satupun yang bisa dibanggakan dan bahkan mereka merasa rendah secara spiritual (tidak sombong rohani). Sehingga arti miskin di hadapan Allah bukan berbicara mengenai miskin secara harta (uang) tapi miskin secara spiritual. Menarik sekali… Berbicara mengenai harta, saya jadi ingat dua orang kaya yang pernah bertemu dengan Yesus.

Orang kaya yang pertama, dari Lukas 18:18-27, adalah seorang pemimpin/seorang yang memiliki jabatan dalam agama Yahudi (ada kemungkinan dia kaya dari persembahaan jemaat). Ia datang kepada Yesus menanyakan apa yang harus diperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal. Lalu Yesus memberikan beberapa perintah Allah yaitu jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu. Dan apa jawab orang ini? Dia menjawab, "Semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku."  Waduh… Orang ini malah merasa sudah mampu dengan kekuatannya sendiri. Ingat… Jika ada orang datang dengan membawa perbuatan keagamaannya, maka Yesus akan menggunakan konteks Hukum Taurat!!! Dan benar, Yesus berkata bahwa masih ada satu hal yang harus dilakukan yaitu menjual semua hartanya dan dibagikan kepada orang-orang miskin, supaya beroleh harta di Sorga. Tentu saja hal tersebut membuat dia sedih karena hartanya sangat banyak.

Lukas 18:24-27 Lalu Yesus memandang dia dan berkata: "Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." Dan mereka yang mendengar itu berkata: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" Kata Yesus: "Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah.”

Wah… Berat juga ya. Apakah orang harus dilarang kaya untuk masuk Kerajaan Allah?
            Orang tersebut memang kaya secara materiil. Tapi mari kita amati lebih detail, orang ini kaya dalam 2 hal, harta dan spiritual. Dalam hal harta, Yesus menyindir pemimpin tersebut dimana, para petinggi agama Yahudi memiliki harta yang banyak, hasil persembahan jemaat yang berusaha keras untuk melakukan kewajibannya sebagai penganut agama yang baik (padahal mungkin mereka, miskin secara harta). Sedangkan dalam hal spiritual, orang ini kaya dalam spiritual. Dia dengan gagah merasa sudah melakukan hukum agama melalui perbuatannya. Dia merasa tidak memerlukan Juru Selamat lagi. Sehingga apa yang Yesus lakukan? Yesus menambah beban Tauratnya dengan menyuruhnya untuk menjual semua hartanya dan dibagikan kepada orang miskin. Orang yang merasa kaya dalam spiritual, susah masuk Kerajaan Sorga. Karena, orang miskin dalam spiritual-lah yang empunya Kerajaan Sorga. Tuhan mencari orang-orang yang membutuhkan Kasih Karunia, bukan yang membanggakan usahanya dalam menjalankan hukum agama. Karena sekuat tenaga manusia berusaha dalam hukum agama, pasti masih selalu ada kekurang-sempurnaan dalam perbuatannya. Hukum Taurat membutuhkan semua perintahnya ditaati, bukan cuma sebagian kecil atau sebagian besar. Tapi SEMUA.
         Orang kaya yang kedua, Lukas 19:1-10, adalah seorang kepala pemungut pajak, bernama Zakheus. Pada saat Yesus berjalan di kota Yerikho, Zakheus berusaha melihat Yesus dan memanjat pohon ara (karena pendek badannya). Saat Tuhan melihatnya, Ia berkata bahwa ingin berkunjung di rumahnya. Maka sangat gembiralah Zakheus. Namun, banyak orang mulai bersungut-sungut sebab seorang pemungut pajak dianggap pendosa. Pemungut pajak dianggap pemeras harta orang Yahudi yang akan diberikan kepada Kaisar. Belum lagi, jika mereka melakukan kecurangan dalam perhitungan pajak, guna memperkaya diri sendiri (mirip jaman sekarang ya…). Sehingga akibatnya, pemungut pajak dianggap pendosa, apalagi Zakheus adalah pemimpin para pemungut pajak.
            Karena begitu bahagianya karena Tuhan mampir ke rumahnya, Zakheus berdiri dan berkata "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." Dan inilah tanggapan Yesus

Lukas 19:9-10 Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."

Wow Luar Biasa… Ada keselamatan di rumah Zakheus. Dia berhak menerima janji Allah kepada keturunan Abraham. Tuhan tidak sedikitpun berbicara mengenai hukum agama karena Ia menggunakan konteks Kasih Karunia. Tidak ada satupun yang bisa dibanggakan oleh Zakheus. Dia tahu bahwa dia orang berdosa, namun dia menyambut Mesias dengan sukacita. Dia merasa bahagia saat Tuhan mau datang ke rumah seorang pendosa. Dan lihat responnya, dia memberikan separuh hartanya ke orang miskin, serta mengembalikan 4 kali lipat kepada orang yang diperasnya tanpa Yesus minta. Respon yang dilakukan Zakheus adalah sebuah limpahan syukur sebab Tuhan mau hadir dalam hidupnya yang berdosa. Saat ini saya berkata, Zakheus orang yang sangat kaya secara harta, tapi di saat yang sama dia miskin secara spiritual. Zakheus miskin di hadapan Tuhan, sehingga dia adalah empunya Kerajaan Sorga.
     Bandingkan kedua orang kaya tersebut. Apa bedanya? Sikap hatinya!! Orang kaya pertama membanggakan apa yang sudah dia perbuat. Sedangkan Zakheus, tidak punya apa-apa yang dapat ia banggakan. Orang pertama percaya pada usahanya, sedangkan Zakheus percaya pada Yesus serta menyambutnya. Orang kaya pertama tidak membutuhkan Juru Selamat karena ia merasa sudah benar, sedangkan Zakheus membutuhkan Yesus sebab ia tahu ia orang berdosa.
            Haleluya… Semua karena anugerah, dan selamanya akan tetap karena anugerah. Bukan usaha kita yang membuat Tuhan menyelamatkan kita, tapi respon hati kita. Hati yang percaya padaNya, hati yang berharap padaNya, hati yang menyambutNya, hati yang membutuhkanNya. Perbuatan kita adalah suatu bentuk respon ucapan syukur karena kita sudah diterima, diampuni dan diselamatkan oleh Juru Selamat kita, Yesus Kristus Tuhan. Amin.


Rabu, 08 November 2017

171108 Anjing

Sekedar intemezzo, kemarin sewaktu Base Meeting hari kamis, kami membahas mengenai Visi Tuhan bagi manusia yang diambil dari Efesus 2:1-10. Tuhan menciptakan manusia untuk tujuan baik dan semua terjadi karena Kasih Karunia.
Efesus 2:8-9. 2:8 “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu, jangan ada orang yang memegahkan diri.”
Luar biasa potongan firman Tuhan tersebut. Semua karena Kasih Karunia Tuhan!! Tidak ada satupun yang kita punyai, bisa kita banggakan di depan Tuhan. Haleluya!! Sedikit potongan firman Tuhan tersebut dan pokok pengajaran pada Base Meeting, akan menjadi dasar kita untuk  pengajaran firman Tuhan ini.
Pada postingan kali ini, kita akan melanjutkan sebuah pengajaran The God’s Code yang LUAR BIASA. Berhubung tema kali ini berkaitan erat dengan pengajaran nomor 171030, saya harap teman-teman dapat membacanya terlebih dahulu. Pada postingan nomor 171030  “Mengapa harus Yesus?”, kita belajar mengapa nama Tuhan haruslah Yesus. Hal tersebut berkaitan erat dengan peristiwa keluarnya orang Israel dari Mesir, menuju Tanah Perjanjian (melalui padang gurun selama 40 tahun). Yesus berkaitan erat dengan Yosua, pemimpin Israel saat itu. Yang menarik adalah seorang pengintai Israel, teman Yosua, yang mendapat Pembenaran Ilahi dan berhasil masuk ke Tanah Perjanjian. Dia adalah Kaleb bin Yefune.
Berdasarkan pembahasan yang lalu, Kaleb memiliki nama Ibrani כּלב (kâlêb), yang artinya Anjing. Jangan kaget dulu… “Anjing” bisa saja memiliki arti positif (seperti aktor silat Indonesia Mad Dog). Dan memang, Kaleb bisa dikatakan tokoh yang berani dan setia di bangsa Israel. Hmmm…Berbicara mengenai anjing, saya jadi teringat cerita seorang Siro-Fenesia yang dikatai, anjing, oleh Tuhan Yesus (Matius 15:21-28 dan Markus 7:24-30).


Suatu kali ada perempuan Yunani bangsa Siro-Fenisia yang tinggal di daerah Tirus memohon pada Yesus untuk menyembuhkan anaknya yang kerasukan setan. Pasti Nama dan mujizat Yesus begitu tenar sampai ke daerah Tirus, sehingga sampai ada orang Non-Israel memohon padaNya. Saat ia datang dan memohon, Yesus justru menolaknya. 

Matius 15:24 Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."
Markus 7:27 Lalu Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing."

Satu kata, WOW!!! Yesus, Tuhan kita mengatai orang Non-Israel itu dengan sebutan anjing. Oke… Mari kita bahas sejenak. Nubuatan kehadiran Yesus memang sudah dinyatakan oleh Nabi-Nabi orang Yahudi dari jaman dahulu. Yesus adalah Mesias yang dinanti-nantikan orang Israel, yang diharapkan akan membawa bangsa Israel lepas dari penjajahan dan menikmati kejayaan seperti pada jaman Daud. Yesus datang untuk memberikan roti (gambaran berkat sorga) kepada anak-anak (gambaran Israel, anak Allah), dan tidak pantas diberikan kepada anjing (gambaran bangsa Non-Israel).
Seperti diketahui, anjing adalah salah satu binatang haram berdasarkan Hukum Taurat. Dan memang, orang Yahudi dikenal sebagai bangsa eksklusif dan sering memandang rendah bangsa kafir (tidak menyembah Allah Abraham, Ishak dan Israel). Sehingga, panggilan anjing ini menunjukkan bahwa bangsa Non-Yahudi itu adalah bangsa yang najis karena menyembah dewa-dewa asing. Hmmm….
Jika kita dikatai dan direndahkan layaknya hewan seperti ayat di atas, apakah kita tetap bisa percaya kepada Tuhan Yesus?? Tentu sulit, siapa yang mau direndahkan seperti hewan?? Tapi ternyata, respon perempuan ini berbeda dari apa yang kita pikirkan.

Matius 15:27 Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya."
Matius 15:28 Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki. Dan seketika itu juga anaknya sembuh.”

Perempuan ini tidak sakit hati karena dikatai sebagai anjing. Namun, justru hal tersebut tidak mengendorkan imannya kepada Yesus. Yesus terkagum atas iman dari orang NON-YAHUDI ini. Dan akhirnya, anaknya sembuh.
            Maaf, belum selesai pengajaran firman Tuhan kali ini. Mari kita kembali ke Kaleb, si “Anjing” yang berani itu. Mari kita ambil firman Tuhan dari kitab Bilangan.
Bilangan 32:11-12 (TB)  Bahwasanya orang-orang yang telah berjalan dari Mesir, yang berumur dua puluh tahun ke atas, tidak akan melihat negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub, oleh karena mereka tidak mengikut Aku dengan sepenuh hatinya, kecuali Kaleb bin Yefune, orang Kenas itu, dan Yosua bin Nun, sebab keduanya mengikut TUHAN dengan sepenuh hatinya.
Luar biasa... Dari sekian juta orang yang keluar dari Mesir, Tuhan bersumpah hanya Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune (orang Kenas itu) yang bisa melihat Tanah Perjanjian. Kedua orang ini begitu percaya kepada Tuhan, sehingga mereka mendapatkan Kasih Karunia Tuhan untuk dapat pergi ke Tanah Perjanjian (gambaran keselamatan). TAPI, ada yang aneh dari perkataan Tuhan di atas. Perhatikan… Mengapa Kaleb bin Yefune harus diberi "gelar", orang Kenas itu?? Kenapa Yosua tidak disebutkan dari mana dia berasal?? Siapa itu orang Kenas?? Pasti ada yang menarik dari penekanan di atas.
            Inilah kebenaran firman Tuhan, ada 2 kemungkinan siapa itu orang Kenas. Berdasarkan, Kejadian 15:19, orang kenas adalah orang asli di daerah antara sungai Mesir dan sungai Efrat. Sedangkan kemungkinan yang kedua, berdasarkan Kejadian 36:11, orang Kenas adalah keturunan Esau (orang Israel adalah keturunan Yakub). Hal tersebut diperkuat dari akar kata Ibrani, קנז (qenas), yang berarti pemburu. Sebagai catatan, keturunan Esau adalah pemburu sedangkan keturunan Israel adalah penggembala. Apapun itu, dapat disimpulkan, orang Kenas bukanlah orang asli Israel. Luar Biasa!!! Kaleb adalah pengintai dari suku Yehuda. Dan Tuhan memberi penekanan, bahwa dia bukan orang Israel asli, tetapi orang Kenas. Kemungkinan, Kaleb adalah keturunan dari suku Yehuda, yang nikah campur dengan orang Non-Israel yaitu orang Kenas. Hal tersebut sebenarnya adalah kesalahan dan dilarang di budaya Israel. Namun, dapat kita lihat Kaleb bin Yefune, orang Kenas itu, berhasil masuk ke tanah perjanjian. Dia mendapat warisan Tanah Perjanjian juga. Inilah keadilan Tuhan, barang siapa percaya kepada Tuhan, maka ia akan diselamatkan!!!
           Bandingkan cerita Kaleb dan perempuan Siro-Fenisia di atas. Dengan iman, saya percaya, bahwa Yesus tidak pernah sembarangan mengatakan sesuatu. Ingat di postingan 171027, Yesus berbicara mengenai Kuk yang sebenarnya diambil dari Pikulan/Kuk pada Tabut Perjanjian. Yesus terlalu cerdas, untuk sembarangan berbicara. Oleh karena itu, kemungkinan besar saat Yesus mengatakan perempuan Siro-Fenisia dengan sebutan anjing, sebenarnya Dia sedang menguji iman dari perempuan itu. Mungkin Yesus menguji, apakah perempuan ini memiliki iman seperti Kaleb,  "Anjing" itu? 
              Ada 3 komponen yang sangat mirip dari kedua cerita di atas. Pertama adalah orang Non-Israel. Yang kedua adalah pengunaan kata anjing. Dan ketiga adalah roti untuk anak-anak. Baik… Mungkin untuk 2 komponen pertama, kita semua dapat memahami dari paparan di atas. Namun untuk komponen ketiga, roti untuk anak-anak, apa artinya? Ingat, di padang gurun, Allah memberikan Roti Manna (Roti Surga/dari langit) kepada orang Israel. Dan Kaleb, memakan Roti Manna juga. Luar biasa!!! Inilah Kasih Karunia!!! Tuhan Allah tidak melihat status Kaleb, sehingga dia yang Non-Israel bisa mendapatkan Warisan Tanah Perjanjian dan menikmati Roti Manja. Demikian juga Tuhan YESUS yang melihat iman orang Siro-Fenisia, sehingga dia orang Non-Israel mendapatkan warisan dan roti secara spiritual. Dan saat ini kita bisa berkata, Kaleb yang menjadi Israel dan mendapatkan Warisan Ilahi itu secara jasmaniah, sedangkan perempuan Siro-Fenisia itu menjadi “Israel Baru” (melalui Yesus) dan mendapatkan Warisan Ilahi secara spiritual. Haleluya!!! Wow… Sekali lagi, manusia diselamatkan karena percaya kepada Yesus, bukan karena dia Yahudi Israel atau bukan. Semua karena Kasih Karunia dalam Yesus Kristus. Barangsiapa yang percaya kepada Yesus, tidak akan dipermalukan. Janji Tuhan kepada Israel, juga akan didapatkan kepada kita Israel Baru, kita mendapatkan Warisan dan Roti Sorga melalui Tuhan Yesus. Semua bangsa bisa mendapatkan janji Tuhan kepada Israel dan menjadi Israel Baru melalui Yesus Kristus Tuhan. Amin...

Senin, 30 Oktober 2017

171030 Mengapa Harus Yesus?

Mengapa harus Yesus?? Itulah pertanyaan di benak saya, ketika memikirkan betapa baiknya apa yang sudah Dia lakukan untuk kita. Dia berkorban nyawa untuk kita, orang yang tidak layak mendapatkan pengorbanan, dan memberikan keselamatan kekal bagi kita. Mungkin untuk orang baik, masuk akal bila Dia berkorban nyawa untuk kita. Tapi, bagaimana mungkin ada Pribadi yang mau mati demi kita, manusia yang kehilangan gambar diri Allah (karena dosa)?? Oke… Itu karena kebaikan dan keadilan Tuhan. Dia begitu baik dan penuh kasih. Lalu, mengapa harus Yesus? Lalu mengapa namanya harus Yesus? Banyak nama lain yang wajar di kalangan orang Yahudi. Hmmm… Sulit menyelami Hati dan Pikiran Allah.

Suatu kali, Roh Kudus menuntun saya untuk memahami sebuah rancangan keren Tuhan, yang akan membuat kita terkagum-kagum. Saya iseng membuka kamus bahasa Yunani, dan mencari arti nama Yesus. Nama Yesus dalam bahasa Yunani adalah Ἰησοῦς (Iēsous), yang artinya Jehovah is salvation (Tuhan adalah keselamatan). Ya… Okelah ini rancangan Tuhan. Dari namaNya saja sudah terlihat, bahwa ada rencana besar Tuhan bagi keselamatan seluruh manusia. Lalu dimana bagian kerennya?? Dan, akhirnya saya memahami semua, ketika hikmat Tuhan menuntun saya untuk mengingat saat bangsa Israel keluar dari Mesir.
Catatan sejarah memperkirakan, ada 2,5 juta lebih orang keluar dari Mesir. Mereka harus melewati padang gurun yang luas untuk mencapai Tanah Perjanjian (Tanah Perjanjian Tuhan dengan Abraham). Padang gurun identik dengan daerah yang panas, kering, susah makanan, penuh bahaya dari hewan dan cuaca, dll. Menariknya, di padang gurun inilah, Musa (pemimpin Israel saat itu) menerima Hukum Taurat. Imbasnya, semua orang Israel harus menjalankan Hukum itu, walaupun mereka sedang berada di padang gurun.
Hukum Taurat adalah hukum yang kudus, dan harus dijalankan semua orang yang berada di bawahnya (orang Israel).  Mereka harus menjalankan seluruh hukum tanpa cela sedikitpun. Jika ada yang melanggar, akibatnya adalah maut atau kematian. Ironisnya, dari sekian banyak orang berangkat dari Mesir, hampir semua gagal menjalankan Hukum itu, sehingga harus mati di padang gurun. Musa, hamba Allah yang bertemu dengan Tuhan itu, juga tidak lepas dari kesalahan. Dia melanggar kekudusan Tuhan di Kadesh, dengan tidak melakukan perintah Tuhan dengan tepat. Akibatnya, setelah 40 tahun memimpin Israel berjalan di padang gurun, Musa gagal menyebrang ke Tanah Perjanjian yang sudah terlihat di depan mata itu. Menyedihkan…  Tapi inilah konsekuensi seseorang di bawah Hukum Taurat. Mereka harus hidup 100% sesuai Perintah Tuhan. Karena pelanggaran umat Tuhan, Dia pun berfirman bahwa tidak ada dari generasi ini (generasi yang keluar dari Mesir), yang dapat masuk ke Tanah Perjanjian. Mengerikan!!! 
Dari sekian banyak generasi pertama Israel yang keluar dari mesir, terdapat 2 orang yang mendapat anugerah dari Tuhan. Mereka adalah Yosua dan Kaleb. Siapakah mereka?? Pada waktu bangsa Israel hampir mendekati Tanah Perjanjian, dikirimlah 12 orang pengintai, untuk memata-matai Tanah Perjanjian. Dari 12 orang tersebut, 10 orang menganjurkan untuk membatalkan perjalanan ke Tanah perjanjian. Hal itu dikarenakan, di tanah tersebut, diduduki oleh bangsa-bangsa lain, yang menurut mereka lebih kuat dan perkasa daripada orang Israel. Namun Yosua dan Kaleb berkata lain :

Bilangan 14:6-9 (TB)  “Tetapi Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune, yang termasuk orang-orang yang telah mengintai negeri itu, mengoyakkan pakaiannya, dan berkata kepada segenap umat Israel: "Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya. Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Hanya, janganlah memberontak kepada TUHAN, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang TUHAN menyertai kita; janganlah takut kepada mereka."

Wow… Luar biasa kedua orang ini. Mereka tetap percaya pada Tuhan, walaupun orang lain ragu pada Tuhannya. Lebih parahnya, Yosua dan Kaleb hampir dilempari batu oleh bangsa Israel, karena menganjurkan untuk terus melanjutkan perjalanan. Hati yang percaya dari kedua orang ini, diperhitungkan sebagai Kebenaran oleh Tuhan. Sehingga, Tuhan memberikan kesempatan mereka untuk masuk ke Tanah Perjanjian dan bahkan memilih Yosua sebagai pemimpin Israel (menggantikan Musa). Sebagai catatan, bangsa Israel yang dipimpin Yosua ini bukankan generasi yang keluar dari Mesir namun generasi setelahnya (keturunan dari generasi pertama). Singkat cerita, Yosua berhasil memimpin bangsa Israel ke Tanah Perjanjian dan menikmati berkat Tuhan itu.
            Oke… Apa hal yang dapat kita petik dari kisah di atas?? Ingat!! Kuncinya adalah Yesus serta Kasih Karunia dan Kebenaran (postingan no 171025)!!! Kita bisa memahami, bahwa di bawah Hukum Agama (yang menuntut kesempurnaan), jika kita tidak melakukan kehendak Tuhan, maka akibatnya adalah maut. Sedangkan, jika hidup dari iman (percaya) kita akan diselamatkan seperti Yosua dan Kaleb. (Benar apa kata Paulus, bahwa keselamatan bukan karena usaha kita, tapi karena iman!!) Padang gurun menggambarkan perjalanan hidup kita yang penuh dengan masalah dan pencobaan. Tapi jika kita percaya pada Tuhan, maka kita akan mendapatkan Tanah Perjanjian (menggambarkan Keselamatan Kekal/Sorga) yang penuh dengan madu dan susu.
Wow… Haleluya!!! Luar biasa Tuhan kita. Dia sudah menggambarkan dan merancangkan Keselamatan Kekal sejak sekita 1500 tahun sebelum Yesus lahir!!! Itulah Kasih Karunia dan Kebenaran Yesus. Bukan apa yang kita perbuat yang membuat kita selamat, tapi semua karena Anugerah!! Keren ya Tuhan kita… STOP!!! Ini belum selesai!!! Kok yang dipilih sebagai pemimpin Israel kok Yosua dan bukan kaleb ya?? Aneh…
Kemudian Roh Kudus mendorong saya untuk membuka arti nama Yosua dan Kaleb. Kaleb, dalam bahasa Ibrani adalah כּלב (kâlêb), yang artinya Anjing(akan dibahas di postingan selanjutnya). Waduh… Kemudian saya cek arti nama Yosua dan akhirnya saya tahu mengapa harus Yosua. Yosua, dalam bahasa Ibrani adalah  יהושׁוּע (yehôshûa‛), yang artinya Jehovah is salvation (Tuhan adalah keselamatan). Maka terbelalaklah mata saya atas apa yang Roh Kudus buka. Arti nama Yosua dan Yesus ternyata sama. Bahkan lebih dari itu. Ἰησοῦς (Iēsous) adalah nama Yunani dari Yesus, sedangkan nama Ibraninya adalah יהושׁוּע (yehôshûa‛). Wow ternyata, nama Yesus ini tidak sembarang diberikan. Itulah kenapa, malaikat Gabriel meminta Bunda Maria memberi nama Yesus.
Inilah Rancangan Keren Tuhan. Hari itu, hikmat Roh Kudus mengajarkan. Yesus adalah “Yosua” Perjanjian Baru!! Yosua Perjanjian lama sudah melihat Tanah Perjanjian itu terlebih dahulu (karena dia sudah diutus terlebih dahulu), "Yosua" Perjanjian Baru juga sudah ke Sorga itu terlebih dahulu (karena Dia berasal dari sana). Yosua Perjanjian Lama, memimpin orang Israel keluar dari padang gurun menuju Tanah Perjanjian. Yesus, “Yosua” Perjanjian baru, memimpin kita Israel Perjanjian Baru menuju ke Keselamatan Kekal. Haleluya!!! Barang siapa percaya pada Yesus Kristus Tuhan, pemimpin kita, maka akan diselamatkan!! Semua bukan karena usaha kita tapi semua karena Kasih Karunia di dalamNya. Amin.

Jumat, 27 Oktober 2017

171027 The Burden

Matius 11:28-30 (TB)  “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan."
Potongan Firman Tuhan di atas, adalah ayat yang banyak memberkati dan menguatkan orang banyak. Bahkan, ayat ini adalah salah satu ayat hafalan, yang menjadi ayat favorit jemaat gereja. Namun, banyak orang salah mengartikan ayat-ayat ini. Hati yang letih lesu dan berbeban berat itu sering kali dikaitkan dengan beban masalah hidup yang sering dialami manusia. Padahal konteks ayat ini,  tidak berkaitan dengan hal itu!!!
Kata letih lesu diambil dari bahasa Yunani yaitu κοπιάω (kopiaō). κοπιάω memiliki arti lelah, akibat dari kerja keras. Sedangkan berbeban berat menggunakan kata φορτίζω (phortizō) yang berarti, berbeban berat (berlebihan beban) akibat upacara/adat atau akibat kecemasan spiritual (rasa tidak damai). Hmmm… Menarik ya…
Terlihat dari konteks ayat tersebut, Yesus sedang mengundang orang-orang Yahudi yang merasa lelah akibat kerja keras dan berbeban berat dalam menjalankan hukum agama dan adat istiadat (Hukum Taurat). Sebagian dari mereka merasa cemas secara spiritual, akibat ketidaksempurnaan mereka dalam menjalankan Aturan Taurat. Ya semacam tertuduh perasaannya sendiri/perasaan bersalah/perasaan was-was… Bayangkan, mereka harus tepat persis menjalankan Hukum Taurat dan adat istiadat Yahudi (baca kitab Imamat), tanpa kesalahan sedikitpun. Aturan-aturan itu sangat ketat, tidak boleh ini, tidak boleh itu, harus ini, harus itu. Taurat Yahudi mengatur hampir segala aspek kehidupan manusia seperti cara hidup, ibadah, makan, pernikahan, pergaulan dll. Hal ini membuat manusia tidak menyembah Tuhan karena kasih dan cinta kepada Tuhan, tetapi karena hukum dan aturan. 
Tuhan Yesus mengundang orang-orang berbeban ini, untuk mendapatkan ἀναπαύω (anapauō). ἀναπαύω berarti kelegaan, istirahat, kesegaran, kelepasan dari dosa. Dapat diartikan Yesus mau memberikan mereka kelegaan, istirahat, dan kelepasan dari beban hukum agama (Hukum Taurat)!!! Haleluya!! Mungkin banyak dari kita juga mengalami hal ini kan? Mungkin kita terbeban dengan “Taurat” baru, yang ada dalam penyembahan kita kepada Tuhan. Jika kita tidak melakukan, kita mulai merasa berbeban, lelah dan merasa bersalah. Good News-nya, Tuhan Yesus akan memberi kita kelegaan dan kelepasan dari hal-hal itu!!!
Kuk adalah beban yang biasa digunakan pada leher sepasang hewan ternak (supaya seimbang), yang akan dihubungkan pada bajak untuk membajak tanah/ladang. Kuk juga diartikan sebagai pikulan (seperti pada tukang sate pikulan). Sejatinya, Kuk menggambarkan beban/hukum yang menyulitkan (Hukum Musa/Hukum Taurat). Bukankah Tabut Perjanjian, yang berisi 2 loh batu (Hukum Taurat), dipanggul menggunakan kuk itu? Selama ini, kuk yang dipasang pada “leher” orang Yahudi adalah kuk yang sangat berat. Sehingga, Tuhan Yesus menawari orang-orang Yahudi itu untuk memikul “kuk” milik Yesus. “Kuk” yang ditawarkan Yesus ringan/enteng/lebih baik. Mengapa demikian?? Apa beda Kuk Taurat dan “Kuk” Yesus?? Ingat… Di dalam Yesus, Dia membawa Kasih Karunia dan Kebenaran. DIalah yang akan menanggung beban Taurat itu. Sehingga, Kuk Taurat ditanggung Yesus, dan “Kuk” Yesus diberikan kepada kita. Dan “Kuk” itu ringan. Orang yang ikut Yesus, akan jauh merasa lega dan tenang.  
Yesus mengajarkan untuk belajar dari Dia, Yang lemah lembut dan rendah hati. Yesus mengajarkan untuk kita menjadi berbeda dengan orang Farisi yang membanggakan apa yang mereka buat (ketaatan akan Hukum Musa). Tidak ada satupun dari apa yang kita perbuat, yang dapat dibanggakan di mata Tuhan. Sebab, hidup kita tidak bergantung dari apa yang kita buat, namun bergantung pada apa yang Tuhan Yesus perbuat bagi kita. Terpujilah nama Tuhan Yesus, Pribadi Yang sudah menanggung beban kita. Haleluya. Amin..