Berikut adalah video pengajaran mengenai Focus. Semoga terberkati. Tuhan Yesus memberkati
The God's Code
The God's Code adalah laman untuk memahami Kode-kode Rahasia Tuhan. Penulis harapkan, laman ini bisa memberkati banyak orang. Tips membaca : baca urut dari postingan awal. jangan lupa berdoa minta hikmat. Trims.. GBU
Jumat, 21 Desember 2018
Rabu, 21 Maret 2018
Unshakeable
Hai
semua… Sudah lama tak berjumpa. Mohon maaf karena kesibukan kerja, jadi baru
bisa post lagi. Yang pasti, saya tidak akan pernah lupa mengingatkan, bahwa
kita adalah orang-orang yang sudah diselamatkan karena Kasih Karunia dalam
Tuhan kita Yesus Kristus. Darah Yesus menyucikan hidup kita, Kasihnya
menguatkan hati kita dan Anugerahnya memampukan kita. Haleluya…
Oke
hari ini kita akan belajar mengenai Unshakeable.
Unshakeable berarti tidak
tergoyahkan/kokoh/berdiri teguh. Lalu, apanya yang kokoh? Mari kita lihat
firman Tuhan. Perikop yang diambil adalah mengenai “Dua Macam Dasar”.
Matius
7:24-27 (TB) "Setiap orang yang
mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang
bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.
Kemudian
turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah
itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.
Tetapi
setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama
dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.
Kemudian
turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga
rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."
Mari kita bahas satu per satu. Pada ayat 24 dikatakan,
“setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya ia sama dengan
orang yang bijaksana”. Ayat ini membuat saya berfikir, bukankah firman Tuhan
mengatakan kita selamat oleh Anugerah dan bukan usaha kita sendiri? Lalu
mengapa Tuhan Yesus mengatakan hal demikian? Ada yang menarik dari ayat ini.
“Perkataan” menggunakan kata λόγος (logos) yang artinya adalah firman,
pengajaran, doktrin, penjelasan, perkataan. Ada 2 hal yang menarik dari ayat
tersebut.
Pertama, kata
imbuh “-Ku” menunjukkan ada “perkataan” lain selain kepunyaan Yesus.
“Perkataan” siapa itu? Yup, benar!!! Hukum (“perkataan”)
Taurat/Hukum_Agama/Hukum_Musa. Yesus seakan menjelaskan bahwa jika semua orang
mengikuti kata-kataNya (bukan Hukum Taurat) maka mereka adalah orang bijak.
Ingat, konteks dari ayat ini adalah pengajaran Yesus di bukit. Sehingga
“perkataan-Ku” adalah ajaran-ajaran yang Yesus berikan waktu di bukit.
Kedua, terjemahan ISV dan easyEnglish menggunakan kata “message” untuk menjelaskan kata
“perkataan” di atas. Sehingga kita bisa pahami, Yesus sedang memberikan pesan
penting untuk kita semua... Hmmm... Pesan apa ya itu? Mari kita lihat beberapa
contoh.
- “Berbahagialah orang yang membawa damai
karena mereka akan disebut anak-anak Allah”. Selama ini saya berfikir damai
di sini berarti saya membawa kerukunan di tengah kehidupan sosial saya.
Ternyata hal itu kurang tepat (benar, tapi itu bukan yang dimaksud Yesus). Damai
di sini, berarti Kedamaian Ilahi yang lebih berkaitan dengan damai akibat
keselamatan yang diberikan melalui Mesias (Yesus). Kerukunan terhadap orang
lain adalah dampak/hasil dari Damai Ilahi yang kita dapatkan. Hal ini sangat
menarik... Bukankah pembawa Damai adalah Yesus itu sendiri? Dia harus mati
supaya Damai Ilahi itu ada dalam kita. Dan bukankah Ia adalah Anak Allah?
- “Berbahagialah
orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan
Surga”. Pertanyaan saya, Siapa Empu
Kerajaan Surga? Dia adalah Tuhan yang kita kenal dalam diri Yesus!! Dan, Yesus
adalah Tuhan yang rela menjadi miskin (menjadi manusia) meninggalkan segala
KemuliaanNya di Surga. Luar biasa...
- “Kasihilah musuh-musuhmu,
berkatilah mereka yang mengutuk kamu, perlakukanlah dengan baik mereka yang
membenci kamu dan berdoalah bagi mereka yang melecehkan kamu dan menganiaya
kamu”;
“Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan
siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi
kirimu.”. Semua hal tersebut adalah hal yang akan dialami Yesus. Yesus akan
tetap mengasihi orang-orang yang berbuat jahat padaNya. Karena Ia hadir untuk
menyelamatkan semua orang.
Apa pesan yang teman-teman tangkap? Yesssss... YESUS
MENJADIKAN DIRINYA SENDIRI SEBAGAI CONTOH UNTUK MANUSIA MENJALANI HIDUP. Wow
luar biasa... YESUS MELIHAT DESTINY
HIDUPNYA DAN MENGAJARKANNYA KEPADA MANUSIA. JENIUS!!! Itulah pesan yang Yesus
berikan, yaitu menjadikanNya sebagai PONDASI kehidupan kita.
Oke. Mari kita lanjutkan. Jelas bahwa orang yang
menjadikan Yesus (segala perkataanNya, perbuatanNya) sebagai pondasi
kehidupannya ibarat orang yang bijaksana, yang mendirikan
rumahnya di atas batu. Saat turunlah hujan dan datang
banjir, lalu angin melanda rumah itu, rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di
atas batu (rumah akan rubuh saat didirikan di atas pasir è bukan dasar pondasi di dalam Yesus).
Kata batu adalah kata yang sering digunakan oleh Yesus.
Saya jadi ingat kata-kata Yesus kepada murid-muridNya di Matius 16:13-20
mengenai pengakuan Petrus. Yesus bertanya mengenai siapakah Dia. Dan Petrus
menjawab bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah Yang Hidup. Saat itu, Yesus
menanggapi jawaban Petrus dan berkata, “Dan
Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini
Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya”.
Kata batu(menggunakan kata petra)
pada kedua konteks ini adalah sama. Pada konteks pengakuan (iman) Petrus,
Petrus menjadikan Yesus (Mesias dan Anak Allah) sebagai pondasi kehidupannya.
Dan Yesus berkata di atas pondasi ini akan Kudirikan jemaatKu (gerejaKu) dan
ALAM MAUT TIDAK AKAN MENGUASAINYA (Keselamatan kekal). Artinya apa? Jika kedua
konteks ini sama, berarti perikop yang pertama juga berbicara mengenai
Keselamatan. Kata rumah menggunakan kata οἰκία
(oikia) yang berarti tempat tinggal, rumah atau keluarga (dalam penerapannya).
Sehingga rumah ini bisa dikatakan sebagai kumpulan orang-orang (keluarga) yang
berdiri di atas pondasi Yesus. Saat hujan, banjir dan angin datang mereka tetap
kokoh/kuat berdiri.
Kata hujan, banjir dan angin dalam terjemahan baru ini,
agaknya kurang menggambarkan arti kata sesungguhnya. Terjemahan aslinya
(yunani) memiliki arti yang lebih mendalam dan lebih kuat. “Hujan” dalam ayat
tersebut berarti hujan yang sangat kuat/dasyat. “Banjir” berarti aliran air
yang sangat kuat bahkan mungkin lebih dekat dengan air bah. “Angin” berarti aliran angin yang sangat kencang atau
sangat bergelora. Wow... Ternyata kata “Hujan”, “Banjir”, dan “Angin” ini
menggambarkan sebuah bencana yang maha dasyat. Sehingga, dalam kisah yang sama
pada kitab yang lain (Lukas), penulis kitab tersebut menggunakan istilah AIR BAH.
Satu pertanyaan simple yang saya ajukan. Kapan terakhir
kali air bah muncul? Semua akan sepakat mengatakan bahwa air bah muncul pada
saat kejadian Nabi Nuh. Pada cerita Nabi Nuh, hampir seluruh makhluk dibumi
diluluh lantahkan. Semua manusia, kecuali keluarga Nuh, mati semua. Yang tidak
mati adalah makhluk hidup yang dibawa Nuh ke atas Bahtera. Dapat disimpulkan
bahwa Bahtera ini adalah gambaran Yesus Kristus sebagai Juru Selamat!!!
Apa teman-teman melihat sesuatu yang menarik di sini?
YESSSS.... Bahtera dan Pondasi Batu ini memiliki makna yang hampir identik. Sedangkan
hujan, banjir dan angin itu mengambarkan kematian kekal/maut. Sehingga, inilah The God's Code, Kasih
Karunia dalam Yesus Kristus: BARANGSIAPA MENJADIKAN YESUS SEBAGAI PONDASI ATAS
KEHIDUPANNYA, MAKA SAAT MAUT/KEMATIAN KEKAL ITU DATANG, MEREKA AKAN TETAP
BERDIRI KOKOH TAK TERGONCANGKAN. Barangsiapa percaya kepadaNya akan tetap hidup
(secara jiwa dan roh) walaupun sudah mati (secara fisik). Tidak ada penghukuman
di dalam Yesus Kristus. Yesus adalah
Kebenaran yang memerdekakan jiwa kita. Hati kita akan mendapatkan damai
sejahtera sorga saat kita menjadikanNya sebagai pondasi dalam kehidupan kita. Kita
tidak perlu takut kepada maut, sebab MAUT SUDAH TIDAK BERKUASA ATAS KITA. Tuhan
Yesus adalah Kepastian Keselamatan kita!!! Terpujilah nama Yesus Kristus Tuhan
sampai selama-lamanya. Amin.
Senin, 25 Desember 2017
The Greatest Gift
Shalom semua… Hari ini adalah hari
khusus, dimana seluruh dunia merayakan kelahiran Tuhan dan Juru Selamat kita,
Tuhan Yesus Kristus. Untuk itu postingan kali ini adalah postingan spesial
Natal 2017. Semoga teman-teman terberkati semua.
Sebelum
masuk ke ayat perenungan, saya mau berbagi apa yang saya dapatkan minggu lalu.
Dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus mempunyai banyak sebutan (gelar) antara lain
Raja, Anak Daud, Mesias, Juru Selamat dll. Namun saya diingatkan mengenai 2
buah sebutan yang berupa kontradiksi. Keduanya adalah Anak Allah dan Anak
Manusia. Saya akan memberi penjelasan yang sederhana mengenai keduanya.
Kita
ketahui bahwa Allah kita adalah Allah Abraham, Ishak dan Yakub Yang menciptakan
langit dan bumi seisinya. Penggunaan sebutan Anak Allah adalah sesuatu yang
mengejutkan orang Yahudi pada jaman itu karena Allah adalah kudus, esa dan
tidak memiliki “keturunan”. Dapat dibilang, sebutan Anak Allah merupakan
penghujatan kepada Allah Israel. Saya pribadi memahami bahwa Anak Allah
bukanlah berarti terdapat keturunan secara lahiriah dari Ayah dan Ibu. Yesus
lahir dari Roh Tuhan sendiri, melalui wanita yang belum pernah menikah, bernama
Maria.
Seminggu
yang lalu, Saya mendapatkan pengertian lebih lagi mengenai Anak Allah. Dalam
kehidupan sehari-hari sering muncul sebutan-sebutan untuk orang-orang di
sekitar kita. Semisal anak muda, orang tua, orang sakit dan lain-lain. Anak
muda tidak memerlukan ayah dan ibu, untuk disebut anak muda. Anak muda berarti
dia anak yang memiliki sifat muda. Orang sakit adalah orang yang sedang sakit.
Demikian juga dengan Anak Allah. Anak Allah adalah seseorang yang memiliki
kuasa Allah, sifat Allah, Pribadi Allah. Sebutan Anak Allah adalah suatu klaim
bahwa Yesus adalah Manusia yang memiliki Keilahian Allah. Yesus adalah Manusia
yang ditinggikan, karena sejatinya, Ia adalah Allah pribadi yang menjadi
manusia.
Sebutan
Anak Manusia juga sering muncul di Injil. Bahkan Yesus sendiri mengutarakan
bahwa Dia adalah Anak Manusia. Tentu saja sama seperti uraian di atas, bahwa
Anak Manusia bukan serta merta Dia memiliki Ayah dan Ibu, namun Dia adalah
Tuhan yang memiliki sifat dan tubuh manusia. Sehingga saat Yesus menyebut
diriNya sebagai Anak Manusia, Dia yang adalah Allah yang merendahkan diri
sebagai manusia.
Dari
penjelasan di atas, dapat disimpulkan, Yesus adalah Allah dan manusia di saat
yang bersamaan. Dia adalah Allah yang merendahkan diri sebagai manusia dan
manusia yang ditinggikan sebagai Allah. Ibarat uang koin, Yesus memiliki 2 sisi yaitu Allah dan manusia. Jelasnya, Yesus berdiri di dua
sisi, Allah dan Manusia. Lalu apa kaitannya dengan tema kita saat ini?
Nanti kita akan bahas bersama-sama. Namun, saat ini kita kembali ke tema kita
terlebih dahulu, The Greatest Gift.
Natal begitu indah serta memberi damai dan
sukacita tersendiri bagi kita semua. Tidak jarang untuk berbagi sukacita, kita
semua membagikan hadiah untuk keluarga kita, teman kita atau bahkan ke orang
lain yang membutuhkan. Dan pernahkah kita mendapatkan hadiah yang begitu luar
biasa indah atau berkesan seumur hidup?
Suatu kali saya bertanya pada beberapa anak remaja di rumah saya.
Menurut kalian, apa The Greatest Gift yang pernah kamu dapat seumur hidup? Ada
yang menjawab buku, nafas, hidup, bisa makan dll. Menurut saya, semua jawaban
sudah benar dan baik, sampai saya mendengar suatu jawaban yang luar biasa.
Keponakan saya, berumur 14 tahun, menjawab dengan spontan dan mantab. Dia
menjawab, “The Greatest Gift adalah Keselamatan!!!”. Sesaat perasaan
saya campur aduk mendengar jawabannya. Saya kagum, kaget, terharu, lengkap
sudah… Saya heran seorang anak, berumur 14 tahun, bisa memiliki iman seperti
itu. Jawaban itu, menginspirasi saya dalam penulisan postingan ini.
Mari kita bahas lebih lanjut…
Kolose 3 : 15 (TB) : Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah
dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan
bersyukurlah.
Itulah
tema Natal kita tahun ini. Natal tidak akan lepas dari kata-kata “damai sejahtera”. Damai sejahtera dalam potongan ayat
tersebut menggunakan kata Yunani, εἰρήνη
(eirēnē). Arti kata εἰρήνη adalah ketenangan, kedamaian, kondisi damai dari
kekacauan dan perseteruan perang, keamanan, ketenangan jiwa bersumber dari
penyelamatan Kristus, bentuk kondisi perasaan tenang dari orang benar akan
kehidupan setelah kematian (kepastian akan keselamatan), dan kelimpahan (akan
ketenangan).
Dapat dilihat dari arti kata “damai sejahtera” di atas, kita bisa
menangkap bahwa kedamaian yang dimaksud bukanlah serta merta mengenai kedamaian dalam artian rukun
satu sama lain (antar manusia). Tapi kedamaian itu adalah kedamaian Ilahi,
dimana kita tidak takut lagi akan kehidupan kita setelah kematian. Perseteruan
antara manusia dan Allah sudah diselesaikan melalui Kasih Karunia Yesus.
Hukuman yang Tuhan pernah ucapkan (maut) sudah tidak perlu ditakutkan lagi.
Kita sudah hidup dalam kepastian keselamatan (kekekalan di Kerajaan
Sorga). Semua sudah selesai melalui Karya Keselamatan Kristus. Bukankah
kedamaian inilah yang dicari semua orang beragama?
Suatu kali saya sedang melakukan perjalanan kerja ke luar Jawa.
Pada waktu saya pulang ke Jawa, saya tiba-tiba diingatkan Roh Kudus, mengenai
Yesus digambarkan sebagai Kota Perlindungan kita. Dimana, orang-orang pelanggar Hukum Agama yang di
dalam kota tersebut tidak akan mendapat penghukuman tetapi mendapat
perlindungan. Tiba-tiba hati saya seperti terbakar api, panas tapi tidak
menyengat. Timbul kedamaian yang tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata. Singkat
cerita, saya pulang dengan hati yang menyala-nyala dan bersukacita. Semua orang
saya sapa dengan senyum. Bahkan, orang di sebelah saya (di pesawat), saya beri
tahu mengenai kebaikan dan keselamatan Tuhan. Hehehe…
Di tengah perjalanan, terjadi turbulence yang
cukup kencang. Setiap orang mulai panik dengan keadaan tersebut. Mereka mulai
berdoa dengan cara masing-masing. Saya melihat kondisi tersebut, tapi
saya malah heran dengan diri saya sendiri. Saya tetap
tenang dan damai!! Saya tidak takut akan kematian!! Karena di dalam Yesus ada
kepastian akan kehidupan setelah kematian!! Akhirnya saya pulang
dengan selamat. Dan lihat dampak dari kedamaian itu… Saya pun bisa rukun dengan
orang lain. Setiap orang yang di sekitar saya, siapapun dia, saya merasa mereka
adalah saudara saya sendiri. Tiap orang yang bertemu dengan saya, saya hormati,
kasihi dan hargai sebagaimana martabatnya sebagai manusia. Wow… Luar Biasa.
Saya sungguh mengucap syukur!!!
Inilah damai sejatera Kristus itu, bukan tenang secara lahiriah
saja tapi secara rohaniah. Keadaan apapun di dunia ini, tidak akan
pernah mengubah kebenaran bahwa kita sudah diselamatkan oleh Yesus Kristus.
Masalah terbesar kita (maut) sudah diselesaikan olehNya. Dan hidup
dalam damai sejahtera itulah, alasan bagi kita dipanggil dalam satu tubuh
(menjadi satu karena sama-sama hidup dalam kedamaian dalam keselamatan).
Sehingga, tidak ada alasan untuk kita tidak mengucap syukur. Karena kepastian
akan keselamatan ini, hati kita akan berlimpah akan ucapan syukur. Keselamatan
hidup kita bukan ditentukan oleh apa yang kita perbuat atau belum perbuat, tapi
apa yang Yesus perbuat di kayu salib.
Wow… Teman-teman, siapa yang mulai paham akan damai sejahtera
Natal itu?? Itulah mengapa kita bersukacita dalam menyambut dan merayakan Natal
Kristus. Yesus adalah alasan kita bersukacita, sebab Dialah, Juru Selamat
Dunia, Sang Raja Damai!! Dialah The Greatest Gift Yang Bapa berikan
kepada kita. Sebab di dalam Dia ada Kasih Karunia yang membawa kita kepada
keselamatan, pengampunan dosa, kesembuhan, kelimpahan dsb. Luar biasa
Tuhan kita… Agung namaNya!!!
Oke, Dialah, The Greatest Gift kita…Tapi apa kaitannya dengan
Yesus berdiri di 2 sisi? Ya, benar… Dari sisi Tuhan, Yesus berdiri di sisi
Allah untuk menjadi The Greatest Gift bagi manusia. Sebab Dialah
kunci penyelesaian pergumulan terbesar manusia, yaitu keselamatan. Namun ingat, Dia juga
berdiri di sisi manusia. Untuk apa? Untuk menjadi The Greatest Gift
bagi Allah Bapa! Sebab, Yesus adalah Anak Domba Korban Yang tak bercacat dan
bercela. Dialah Korban yang menyenangkan hati Bapa. Hati Bapa terpuaskan
setelah ada Seseorang yang mampu mengenapi Hukum Agama (Taurat). Sehingga
akibatnya, Allah Bapa tidak lagi melihat pada dosa manusia lagi, tetapi
memandang “Perwakilan” manusia (yaitu Yesus) sebagai korban (hadiah) terindah
bagiNya.
Inilah Kebenaran!!!
Yesus adalah The Greatest Gift bagi kita (manusia) dan bagi Allah Bapa. Dialah win-win solution untuk perseteruan abadi
Tuhan dan manusia (akibat dosa). Kedua pihak terpuaskan, kedua pihak
bersukacita, kedua pihak hidup dalam damai abadi sampai selama-lamanya. Amin… Terpujilah
Yesus Kristus Tuhan, The Greatest Gift di hari Natal Kristus, bagi Allah dan
manusia. Selamat bersukacita dalam indahnya damai Natal. Tuhan Yesus memberkati.
Rabu, 22 November 2017
171122 The Lord of The Keys
Sekedar
bercerita… Saya sering berfikir, apa yang bisa kita lakukan jika Tuhan Yesus
tidak mau datang ke dalam dunia ini? Semakin kita berusaha dengan kekuatan
kita, semakin tampak ketidakmampuan kita dalam menjalankan hukum agama. Semakin
kita berusaha menghindari dosa (guna mencapai keselamatan), justru semakin kita
terjatuh dalam dosa. Beruntunglah kita!!! Kita punya Tuhan, yang begitu
mencintai kita dan rela berkorban untuk menanggung semua dosa dan memikul beban
hukum agama. Haleluya… Mari kita ke pengajaran The Lord of The Keys.
Saya
penggemar berat sebuah film, yang mendapat banyak grammy award, yaitu The Lord
of The Ring. Dalam cerita film tersebut, dijelaskan ada sebuah cincin yang
dapat memberi kekuatan kepada siapa pemilik kunci tersebut. Alhasil, cincin itu
menjadi rebutan oleh banyak makhluk, baik manusia maupun makhluk lain. Segala hal
rela dikorbankan untuk mendapatkan kekuatan cincin itu. Entah berapa waktu, harta dan
nyawa sudah hilang demi mendapatkan kuasa dari cincin itu. Wow… Keren banget film ini!!!
Hampir
mirip dengan cerita itu, Tuhan Yesus pernah menjelaskan tentang Perumpamaan
mengenai Kerajaan Sorga. Dalam Matius 13:44-46, dijelaskan hal Kerajaan Sorga
itu seumpama harga terpendam dan tersimpan di ladang. Penemunya merasa begitu
girang, lalu menjual semua miliknya untuk membeli ladang tersebut. Di cerita
selanjutnya, hampir sama dengan itu, hal Kerajaan Sorga diibaratkan seorang
pedagang mutiara yang menjual segala miliknya, untuk mendapatkan mutiara yang
indah. Bukankah benar, setiap orang akan melakukan segalanya, untuk mendapatkan
hal yang paling berharga dalam hidupnya. Berapapun nilai yang harus diberikan,
rela dikorbankan untuk hal berharga tersebut. Yesus menggambarkan hal Kerajaan Sorga
menjadi hal yang paling berharga dan penting dalam kehidupan manusia (khususnya
orang Israel jaman itu), sehingga semua orang akan berusaha mengejar hal itu.
Lalu, mengapa Kerajaan Sorga begitu ditekankan dalam perumpamaan tersebut?
Selama
berabad-abad, kehadiran Yang Diurapi (Mesias) begitu ditunggu-tunggu oleh bangsa
Israel. Mereka berharap Raja Mulia yang dinubuatkan para nabi, akan membawa
Israel kembali berjaya sebagai bangsa pilihan Allah. Mereka menanti Keturunan
Daud yang akan mengokohkan Kerajaan Israel selama-lamanya. Semua hal itu
berlangsung sampai kehadiran Yesus dari Nazaret, Yang dipercaya sebagai the next David. Namun ternyata, harapan
orang Israel mengenai Kerajaan Israel dan Kerajaan yang dibawa oleh Yesus
adalah berbeda. Yesus membawa sebuah Kebenaran bahwa Kerajaan itu bukan
kerajaan secara duniawi, tetapi Kerajaan secara spiritual. Yesus akan menjadi
Rajanya dan semua bangsa menjadi anggota Kerajaan itu. Kerajaan itu kokoh dan
tidak akan tergoyahkan. Kerajaan itu adalah Kerajaan Sorga.
Pada
postingan sebelumnya, Yesus berbicara mengenai orang miskin di hadapan Allah
yang adalah empunya Kerajaan Sorga. Pada kali ini kita akan membahas siapa The Lord of The Keys (of The Kingdom of Heaven). Kunci-kunci itu sangat berharga dan berkuasa, karena dapat membuka hal-hal sorgawi. Jika orang-orang tahu mengenai kunci-kunci ini, mereka akan berusaha keras mencarinya. Berapapun harganya, akan dipertaruhkan demi mendapatkan Kunci-kunci ini!! Bagaimana cara mendapatkan Kunci-kunci Kerajaan Allah? Dan inilah The God’s Code, Kunci-kunci ini pernah diberikan kepada salah seorang murid Yesus yaitu
Petrus.
Matius
16:13-20 (TB) Setelah Yesus tiba di
daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang,
siapakah Anak Manusia itu?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan:
Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan:
Yeremia atau salah seorang dari para nabi." Lalu Yesus bertanya kepada
mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon
Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus
kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang
menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Aku pun berkata
kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan
jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci
Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa
yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." Lalu Yesus melarang
murid-murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun bahwa Ia Mesias.
Wow…
Petruslah yang diberikan kunci-kunci Kerajaan Sorga (KJV: the Keys of the Kingdom of Heaven). Bukankah Kerajaan Sorga
digambarkan sebagai hal yang sangat berharga, sampai orang-orang ingin menjual
segala yang mereka punya untuk mendapatkannya? Mengapa dengan mudahnya Yesus
memberikan kunci-kunci yang sangat berharga itu? Lalu mengapa Petrus mendapatkannya? Mari kita
bahas…
Suatu kali Yesus bertanya kepada
para murid, apa yang mereka dengar mengenai siapa Dirinya (Anak Manusia) itu?
Ada yang menjawab bahwa Dia adalah Yohanes Pembabtis atau nabi Israel (Yeremia,
Elia dll). Lalu Yesus bertanya pendapat mereka pribadi mengenai siapa Dia. Dan
tentu saja, ada satu murid Yesus yang suka berbicara dengan keras dan spontan,
yaitu Petrus. Ia menjawab bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!
Wow… Mantab sekali iman Petrus ini. Petrus sangat yakin bahwa Yesus adalah
Mesias yang ditunggu itu. Bahkan lebih dari itu, Petrus mengakui keilahian
Yesus sebagai Anak Allah yang nyata (hidup). Iman ini begitu membuat kagum
Tuhan dan ia berkata
"Berbahagialah engkau Simon bin
Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang
di sorga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu
karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.”
Ada
yang menarik di dua kalimat di atas. Pada kalimat pertama, Tuhan memanggil
Petrus dengan nama aslinya yaitu Simon (anak Yunus); dan Petrus pada kalimat
kedua. Seperti kita ketahui, Yesus adalah orang yang sangat cerdas (orang
paling cerdas di Perjanjian Baru). Belum lagi, Tuhan suka memberikan kode-kode
tertentu (bisa melalui perumpamaan), yang suatu saat akan dipahami oleh orang
yang mendengarnya. Saya percaya, penggunaan dua nama tersebut bukanlah
sembarangan atau kebetulan.
1. Nama
Simon adalah nama yang wajar di dalam kehidupan orang Israel. Nama Simon adalah
bahasa orang setempat untuk memanggil nama Simeon (anak Israel). Yang menarik
adalah arti nama Simeon/Simon ini. Arti nama Simeon adalah “Mendengar”. Wow…
Bukankah ini sangat tepat dengan konteks cerita di atas? Yesus bertanya
mengenai “Kata orang” yang sinonim dengan “yang kalian dengar dari orang”… Jadi Yesus sedang berbicara begini kepada
Petrus: “Berbahagialah, karena engkau mengatakan bukan apa yang kau dengar, tapi dengan apa yang kau yakin (imani). Iman itu bukan dinyatakan oleh
manusia (KJV: bukan darah dan daging) tetapi dari Bapa.”
2. Nama
Petrus memiliki arti yang mendalam. Arti nama Petrus adalah batu/karang. Sedangkan
kata jemaat menggunakan kata ἐκκλησία (ekklēsia) yang artinya suatu
persekutuan/kumpulan_orang atau sebuah panggilan keluar. Sehingga Yesus
berbicara begini pada kalimat kedua : “Engkau ini batu/karang (karena imannya),
di atas batu karang ini (di atas iman seperti ini), Aku akan mendirikan
persekutuan orang-orang yang dipanggil keluar (dari jalan/kehidupan sebelumnya),
dimana mereka akan selamat dari maut (keselamatan, tidak dikuasai oleh kematian
yang diakibatkan oleh dosa, KJV: gerbang neraka tidak akan menang)”
Luar
Biasa apa yang dikatakan oleh Tuhan kita. Hal ini selaras dengan perkataan
Paulus (yang memang memahami keselamatan dari ajaran Yesus) yaitu :
Roma
10:9 (TB) Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan
percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang
mati, maka kamu akan diselamatkan.
Dasyat!!!
Inilah Kasih Karunia!!! Bukan karena usaha kita, kita diselamatkan. Semua karena
Anugerah melalui Yesus Kristus Tuhan!!! Bagian kita adalah percaya/beriman/mengakui
anugerah tersebut, maka kita DISELAMATKAN!!!
Haleluya…
Belum selesai sampai di sini… Ingat,
tema kita adalah The Lord of The Keys... Yesus
memberikan kunci-kunci tersebut kepada Petrus. Seberapa hebatkah kunci-kunci
ini? Kita lihat kuasa/kemampuan kunci ini.
“Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan
Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang
kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”
Kata
kunci disini menunjukkan kuasa otoritas; kuasa untuk membuka atau menutup. Lebih
detail mengenai kuasa dari kunci-kunci itu adalah untuk mengikat dan melepas
apa yang di dunia (yang akan berimplikasi di sorga). Kata mengikat dan melepas
menggunakan δέω(deō) dan λύω (luō). Okey… Lantas apa yang diikat dan
dilepas? Konteksnya mengenai apa? Kedua kata itu biasa digunakan untuk
menjelaskan mengenai aturan dan hukum agama. Berarti yang diikat dan dilepas
adalah : HUKUM TAURAT!! Luar
biasa!!! Kuasa dari kunci-kunci itu adalah mengikat dan melepas hukum agama. Kunci-kunci
Kerajaan Sorga itulah yang membuat kita bukan lagi menjadi orang-orang yang
hidup karena hukum (usaha manusia), tetapi karena iman akan anugerah Allah. Dan
siapa pemilik kunci-kunci Kerajaan Sorga yang luar biasa ini? Yes. Orang-orang yang beriman seperti Petrus,
yang percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Inilah Kasih
Karunia. Kita diselamatkan dan
dibenarkan karena iman, bukan usaha kita!! Semua karena anugerah dan selamanya
karena anugerah. Terpujilah Yesus Kristus Tuhan selama-lamanya. Amin.
Rabu, 15 November 2017
171114 Jangan Kaya!
Sebelum
masuk ke pengajaran “Jangan Kaya!”, saya mau menjelaskan sesuatu yang keren. Beberapa
waktu lalu saya berbincang dengan Pastor Waluyo Sejati (Ayah saya sendiri,
hehe), dan Beliau menyatakan hal yang unik. Menurut saya, hal tersebut
sangat penting dan akan mempengaruhi pemahaman kita akan Kebenaran itu. Saya
akan simpulkan menggunakan bahasa saya sendiri.
Sebenarnya
kalau diperhatikan baik-baik, secara garis besar, Yesus berbicara menggunakan 2
“bahasa”. Bukan 2 languages yang
dimaksud, tapi 2 sudut pandang/konteks. Apa saja? Yang pertama, Yesus berbicara
kepada Ahli_Taurat/Orang_Farisi/ahli_agama/orang_taat_agama, dengan menggunakan sudut
pandang Hukum Taurat dan Adat Istiadat Yahudi. Sedangkan yang kedua, kepada
orang-orang_hina/pelanggar_Hukum_dan_Adat/pendosa, Yesus menggunakan konteks
Kasih Karunia. Sehingga kita harus paham, pada saat Yesus mengajar,
Ia menggunakan “bahasa” apa? Benarkah hal tersebut? Mari kita bahas sedikit.
Hukum
Taurat dan Adat Istiadat Yahudi adalah hukum yang saklek harus dilakukan oleh orang Yahudi. Hukum ini menonjolkan
pada usaha/perbuatan untuk menyembah Tuhan, dalam rangka mencapai keselamatan (lepas dari maut). Jemaat tidak
diperbolehkan melanggar hukum tersebut (ada 613 mitzvah). Jika ada pelanggaran, maka imam harus
menilai apakah pelanggar layak mendapatkan sangsi atau tidak. Pelanggar juga
diminta untuk memberikan korban tebusan dosa, sebagai ganti atas pelanggaran/dosa
yang mereka lakukan (untuk lebih lanjut, silakan baca kitab Imamat).
Kasih Karunia adalah sebuah bentuk kebaikan
dari Allah, yang mana tidak
menonjolkan pada perbuatan dalam
mencapai keselamatan, namun semua karena Anugerah
Allah melalui Yesus Kristus Tuhan. Barangsiapa percaya kepada Yesus Kristus, tidak akan menerima penghukuman namun
akan diselamatkan!!
Oke… Sekarang kita paham, sedikit mengenai
dasar Hukum Taurat dan Kasih Karunia. Dalam pengajaranNya, Yesus akan
menggunakan konteks Hukum Taurat, jika orang-orang yang di depanNya adalah
orang-orang yang mengedepankan, membanggakan, memfokuskan perbuatan (Hukum Agama) dalam penyembahan kepada Bapa. Yesus bisa
begitu marah jika orang-orang mulai merasa dirinya mampu untuk mencapai
keselamatan dengan kekuatannya sendiri (merasa suci). Mungkin mereka sombong
dengan apa yang sudah mereka buat (melakukan Hukum Taurat). Ada pula sebagian
yang munafik, karena berusaha menonjolkan perbuatan
mereka di depan umum. Sehingga jangan kaget terhadap kemarahan Tuhan Yesus yang
sampai berkata, “Orang-orang Munafik”, “Ular Beludak”, “Hamba Dosa..” dll.
Berbeda dengan orang-orang “suci” di atas,
Yesus sangat mengasihi orang-orang “pendosa”. Ia menggunakan konteks Kasih
Karunia kepada orang-orang yang merasa tidak mampu, tidak layak, sadar bahwa
dirinya berdosa, orang yang membutuhkan pertolongan dll. Bukankah Tabib datang
untuk orang yang “sakit”, jika kita merasa “sehat” maka apakah guna kedatangan
Tabib itu? 1 orang yang membutuhkan pertobatan, lebih berharga daripada 99
orang yang tidak butuh pertobatan. Mulai paham maksud saya? Yes… Jangan kaget
jika Yesus begitu mengasihi pendosa-pendosa. Karena dia ada untuk menyelamatkan
orang berdosa, bukan orang suci. Dia mencari orang-orang yang membutuhkanNya,
bukan yang tidak membutuhkanNya. Sehingga, tidak heran jika kosakata yang
digunakan Yesus berbeda dengan sebelumnya, “dosamu diampuni”, “sahabat”,
“saudara”, “kamu sembuh” dll.
Saat kita memahami hal di atas, kita akan
melihat betapa Tuhan Yesus mengasihi manusia. Orang yang dipandang hina dari
Hukum Taurat, justru sangat berharga bagi Tuhan. Banyak ucapan dengan konteks
Kasih Karunia yang sangat luar biasa. Salah satu hal luar biasa yang pernah
diucapkan Yesus adalah
Matius 5:3 "Berbahagialah orang yang miskin di
hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.”
Wow…
Perhatikan potongan firman Tuhan itu, tidak
ada unsur kewajiban melakukan hukum agama sama sekali!! Ada komponen
penting bagi mereka yang mau jadi pemilik Kerajaan Sorga, hal itu adalah orang yang miskin di hadapan
Allah.
Potongan ayat di
atas adalah salah satu dari rangkaian pengajaran Yesus di bukit saat banyak
orang mencariNya. Dalam terjemahan Inggris Versi King James, orang miskin di
hadapan Allah diartikan dengan the poor
in spirit. Sedangkan dalam bahasa Yunani, kata miskin menggunakan πτωχός (ptōchos),
yang artinya orang miskin, pengemis, membungkuk, merendahkan diri. Sementara
itu, di hadapan Tuhan menggunakan πνεῦμα (pneuma) yang artinya bisa berarti
Roh Tuhan, roh (bagian selain tubuh), spiritual, jiwa. Sehingga jika semua arti
di atas digabungkan, arti kalimat miskin di hadapan Tuhan, bisa diartikan tidak
punya apa-apa (tidak punya yang dibanggakan) di hadapan Tuhan, miskin secara
spiritual atau jiwa yang miskin, sangat membutuhkan Tuhan (karena tidak punya
apa-apa secara spiritual), merendahkan diri secara rohani/spiritual.
Itulah kunci untuk
mendapatkan Kerajaan Sorga. Bukan dengan perbuatan kita, namun semua karena
pertolongan Tuhan. Orang-orang ini adalah orang-orang yang benar-benar hanya
bisa berharap pada Tuhan, tidak ada satupun yang bisa dibanggakan dan bahkan mereka
merasa rendah secara spiritual (tidak sombong rohani). Sehingga arti miskin di
hadapan Allah bukan berbicara mengenai miskin secara harta (uang) tapi miskin
secara spiritual. Menarik sekali… Berbicara mengenai harta, saya jadi ingat dua
orang kaya yang pernah bertemu dengan Yesus.
Orang kaya yang
pertama, dari Lukas 18:18-27, adalah seorang pemimpin/seorang yang
memiliki jabatan dalam agama Yahudi (ada kemungkinan dia kaya dari persembahaan
jemaat). Ia datang kepada Yesus menanyakan apa yang harus diperbuat untuk
memperoleh hidup yang kekal. Lalu Yesus memberikan beberapa perintah Allah yaitu
jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi
dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu. Dan apa jawab orang ini? Dia menjawab, "Semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku." Waduh…
Orang ini malah merasa sudah mampu dengan kekuatannya sendiri. Ingat… Jika ada
orang datang dengan membawa perbuatan keagamaannya, maka Yesus akan menggunakan
konteks Hukum Taurat!!! Dan benar, Yesus berkata bahwa masih ada satu hal yang
harus dilakukan yaitu menjual semua hartanya dan dibagikan kepada orang-orang
miskin, supaya beroleh harta di Sorga. Tentu saja hal tersebut membuat dia
sedih karena hartanya sangat banyak.
Lukas
18:24-27 Lalu Yesus memandang dia dan
berkata: "Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan
Allah. Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada
seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." Dan mereka yang mendengar itu
berkata: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" Kata
Yesus: "Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah.”
Wah…
Berat juga ya. Apakah orang harus dilarang kaya untuk masuk Kerajaan Allah?
Orang tersebut memang kaya secara
materiil. Tapi mari kita amati lebih detail, orang ini kaya dalam 2 hal, harta
dan spiritual. Dalam hal harta, Yesus menyindir pemimpin tersebut dimana, para
petinggi agama Yahudi memiliki harta yang banyak, hasil persembahan jemaat yang
berusaha keras untuk melakukan kewajibannya sebagai penganut agama yang baik (padahal
mungkin mereka, miskin secara harta). Sedangkan dalam hal spiritual, orang ini kaya
dalam spiritual. Dia dengan gagah merasa sudah melakukan hukum agama melalui
perbuatannya. Dia merasa tidak memerlukan Juru Selamat lagi. Sehingga apa yang
Yesus lakukan? Yesus menambah beban Tauratnya dengan menyuruhnya untuk menjual
semua hartanya dan dibagikan kepada orang miskin. Orang yang merasa kaya dalam spiritual,
susah masuk Kerajaan Sorga. Karena, orang miskin dalam spiritual-lah yang
empunya Kerajaan Sorga. Tuhan mencari
orang-orang yang membutuhkan Kasih Karunia, bukan yang membanggakan usahanya
dalam menjalankan hukum agama. Karena sekuat tenaga manusia berusaha dalam
hukum agama, pasti masih selalu ada kekurang-sempurnaan dalam perbuatannya. Hukum
Taurat membutuhkan semua perintahnya ditaati, bukan cuma sebagian kecil atau
sebagian besar. Tapi SEMUA.
Orang
kaya yang kedua, Lukas 19:1-10, adalah seorang kepala pemungut pajak, bernama
Zakheus. Pada saat Yesus berjalan di kota Yerikho, Zakheus berusaha melihat
Yesus dan memanjat pohon ara (karena pendek badannya). Saat Tuhan melihatnya,
Ia berkata bahwa ingin berkunjung di rumahnya. Maka sangat gembiralah Zakheus. Namun,
banyak orang mulai bersungut-sungut sebab seorang pemungut pajak dianggap
pendosa. Pemungut pajak dianggap pemeras harta orang Yahudi yang akan diberikan
kepada Kaisar. Belum lagi, jika mereka melakukan kecurangan dalam perhitungan
pajak, guna memperkaya diri sendiri (mirip jaman sekarang ya…). Sehingga akibatnya,
pemungut pajak dianggap pendosa, apalagi Zakheus adalah pemimpin para pemungut
pajak.
Karena begitu bahagianya karena
Tuhan mampir ke rumahnya, Zakheus berdiri dan berkata "Tuhan, setengah dari milikku akan
kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari
seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." Dan inilah tanggapan Yesus
Lukas
19:9-10 Kata Yesus kepadanya: "Hari
ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak
Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang
hilang."
Wow
Luar Biasa… Ada keselamatan di rumah Zakheus. Dia berhak menerima janji Allah
kepada keturunan Abraham. Tuhan tidak sedikitpun berbicara mengenai hukum agama
karena Ia menggunakan konteks Kasih Karunia. Tidak ada satupun yang bisa
dibanggakan oleh Zakheus. Dia tahu bahwa dia orang berdosa, namun dia menyambut
Mesias dengan sukacita. Dia merasa bahagia saat Tuhan mau datang ke rumah
seorang pendosa. Dan lihat responnya, dia memberikan separuh hartanya ke orang
miskin, serta mengembalikan 4 kali lipat kepada orang yang diperasnya tanpa
Yesus minta. Respon yang dilakukan Zakheus adalah sebuah limpahan syukur sebab
Tuhan mau hadir dalam hidupnya yang berdosa. Saat ini saya berkata, Zakheus orang yang sangat kaya secara harta,
tapi di saat yang sama dia miskin secara spiritual. Zakheus miskin di hadapan
Tuhan, sehingga dia adalah empunya Kerajaan Sorga.
Bandingkan kedua orang kaya
tersebut. Apa bedanya? Sikap hatinya!! Orang
kaya pertama membanggakan apa yang sudah dia perbuat. Sedangkan Zakheus, tidak
punya apa-apa yang dapat ia banggakan. Orang pertama percaya pada usahanya,
sedangkan Zakheus percaya pada Yesus serta menyambutnya. Orang kaya pertama
tidak membutuhkan Juru Selamat karena ia merasa sudah benar, sedangkan Zakheus
membutuhkan Yesus sebab ia tahu ia orang berdosa.
Haleluya…
Semua karena anugerah, dan selamanya akan tetap karena anugerah. Bukan usaha
kita yang membuat Tuhan menyelamatkan kita, tapi respon hati kita. Hati yang
percaya padaNya, hati yang berharap padaNya, hati yang menyambutNya, hati yang
membutuhkanNya. Perbuatan kita adalah suatu bentuk respon ucapan syukur karena kita sudah diterima, diampuni dan diselamatkan oleh Juru Selamat kita, Yesus Kristus Tuhan. Amin.
Rabu, 08 November 2017
171108 Anjing
Sekedar
intemezzo, kemarin sewaktu Base Meeting hari kamis, kami membahas
mengenai Visi Tuhan bagi manusia yang diambil dari Efesus 2:1-10. Tuhan
menciptakan manusia untuk tujuan baik dan semua terjadi karena Kasih Karunia.
Efesus
2:8-9. 2:8 “Sebab karena kasih
karunia kamu diselamatkan oleh iman itu bukan hasil usahamu, tetapi
pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu, jangan ada orang yang
memegahkan diri.”
Luar
biasa potongan firman Tuhan tersebut. Semua karena Kasih Karunia Tuhan!! Tidak
ada satupun yang kita punyai, bisa kita banggakan di depan Tuhan. Haleluya!! Sedikit
potongan firman Tuhan tersebut dan pokok pengajaran pada Base Meeting, akan menjadi dasar kita untuk pengajaran firman Tuhan ini.
Pada
postingan kali ini, kita akan
melanjutkan sebuah pengajaran The God’s Code yang LUAR BIASA. Berhubung tema kali ini berkaitan erat dengan
pengajaran nomor 171030, saya harap teman-teman dapat membacanya terlebih dahulu. Pada postingan nomor 171030 “Mengapa harus
Yesus?”, kita belajar mengapa nama Tuhan haruslah Yesus. Hal tersebut berkaitan
erat dengan peristiwa keluarnya orang Israel dari Mesir, menuju Tanah
Perjanjian (melalui padang gurun selama 40 tahun). Yesus berkaitan erat dengan
Yosua, pemimpin Israel saat itu. Yang menarik adalah seorang pengintai Israel,
teman Yosua, yang mendapat Pembenaran Ilahi dan berhasil masuk ke Tanah
Perjanjian. Dia adalah Kaleb bin Yefune.
Berdasarkan pembahasan yang lalu, Kaleb memiliki
nama Ibrani כּלב (kâlêb), yang artinya Anjing. Jangan kaget dulu… “Anjing” bisa saja memiliki arti positif
(seperti aktor silat Indonesia Mad Dog).
Dan memang, Kaleb bisa dikatakan tokoh yang berani dan setia di bangsa Israel.
Hmmm…Berbicara mengenai anjing, saya jadi teringat cerita seorang Siro-Fenesia
yang dikatai, anjing, oleh Tuhan Yesus (Matius
15:21-28 dan Markus
7:24-30).
Suatu
kali ada perempuan Yunani bangsa Siro-Fenisia yang tinggal di daerah Tirus memohon pada Yesus untuk
menyembuhkan anaknya yang kerasukan setan. Pasti Nama dan mujizat Yesus begitu
tenar sampai ke daerah Tirus, sehingga sampai ada orang Non-Israel memohon
padaNya. Saat ia datang dan memohon, Yesus justru menolaknya.
Matius 15:24 Jawab
Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."
Markus 7:27 Lalu Yesus berkata
kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil
roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing."
Satu
kata, WOW!!! Yesus, Tuhan kita mengatai orang Non-Israel itu dengan sebutan
anjing. Oke… Mari kita bahas sejenak. Nubuatan kehadiran Yesus memang sudah
dinyatakan oleh Nabi-Nabi orang Yahudi dari jaman dahulu. Yesus adalah Mesias
yang dinanti-nantikan orang Israel, yang diharapkan akan membawa bangsa Israel
lepas dari penjajahan dan menikmati kejayaan seperti pada jaman Daud. Yesus
datang untuk memberikan roti (gambaran berkat sorga) kepada anak-anak (gambaran
Israel, anak Allah), dan tidak pantas diberikan kepada anjing (gambaran bangsa
Non-Israel).
Seperti
diketahui, anjing adalah salah satu binatang haram berdasarkan Hukum Taurat. Dan
memang, orang Yahudi dikenal sebagai bangsa eksklusif dan sering memandang
rendah bangsa kafir (tidak menyembah Allah Abraham, Ishak dan Israel). Sehingga,
panggilan anjing ini menunjukkan bahwa bangsa Non-Yahudi itu adalah bangsa yang
najis karena menyembah dewa-dewa asing. Hmmm….
Jika
kita dikatai dan direndahkan layaknya hewan seperti ayat di atas, apakah kita
tetap bisa percaya kepada Tuhan Yesus?? Tentu sulit, siapa yang mau direndahkan
seperti hewan?? Tapi ternyata, respon perempuan ini berbeda dari apa yang kita
pikirkan.
Matius 15:27 Kata
perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh
dari meja tuannya."
Matius
15:28 Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar
imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki. Dan seketika itu juga
anaknya sembuh.”
Perempuan
ini tidak sakit hati karena dikatai sebagai anjing. Namun, justru hal tersebut
tidak mengendorkan imannya kepada Yesus.
Yesus terkagum atas iman dari orang NON-YAHUDI ini. Dan akhirnya, anaknya
sembuh.
Maaf, belum selesai pengajaran
firman Tuhan kali ini. Mari kita kembali ke Kaleb, si “Anjing” yang berani itu. Mari
kita ambil firman Tuhan dari kitab Bilangan.
Bilangan
32:11-12 (TB) Bahwasanya orang-orang yang telah berjalan dari Mesir, yang berumur dua
puluh tahun ke atas, tidak akan melihat negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah
kepada Abraham, Ishak dan Yakub, oleh karena mereka tidak mengikut Aku dengan
sepenuh hatinya, kecuali Kaleb bin Yefune, orang Kenas itu, dan Yosua bin Nun,
sebab keduanya mengikut TUHAN dengan sepenuh hatinya.
Luar
biasa... Dari sekian juta orang yang keluar dari Mesir, Tuhan bersumpah hanya
Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune (orang Kenas itu) yang bisa melihat Tanah
Perjanjian. Kedua orang ini begitu percaya kepada Tuhan, sehingga mereka
mendapatkan Kasih Karunia Tuhan untuk dapat pergi ke Tanah Perjanjian (gambaran
keselamatan). TAPI, ada yang aneh dari perkataan Tuhan di atas. Perhatikan… Mengapa
Kaleb bin Yefune harus diberi "gelar", orang Kenas itu?? Kenapa Yosua tidak
disebutkan dari mana dia berasal?? Siapa itu orang Kenas?? Pasti ada yang
menarik dari penekanan di atas.
Inilah kebenaran firman Tuhan, ada 2
kemungkinan siapa itu orang Kenas. Berdasarkan, Kejadian 15:19, orang kenas
adalah orang asli di daerah antara sungai Mesir dan sungai Efrat. Sedangkan kemungkinan
yang kedua, berdasarkan Kejadian 36:11, orang Kenas adalah keturunan Esau (orang
Israel adalah keturunan Yakub). Hal tersebut diperkuat dari akar kata Ibrani, קנז
(qenas), yang berarti pemburu. Sebagai catatan, keturunan Esau adalah pemburu
sedangkan keturunan Israel adalah penggembala. Apapun itu, dapat disimpulkan, orang Kenas bukanlah orang asli Israel.
Luar Biasa!!! Kaleb adalah pengintai dari suku Yehuda. Dan Tuhan memberi
penekanan, bahwa dia bukan orang Israel asli, tetapi orang Kenas. Kemungkinan,
Kaleb adalah keturunan dari suku Yehuda,
yang nikah campur dengan orang Non-Israel yaitu orang Kenas. Hal tersebut
sebenarnya adalah kesalahan dan dilarang di budaya Israel. Namun, dapat kita lihat Kaleb bin Yefune, orang Kenas itu, berhasil masuk
ke tanah perjanjian. Dia mendapat warisan Tanah Perjanjian juga. Inilah
keadilan Tuhan, barang siapa percaya kepada Tuhan, maka ia akan diselamatkan!!!
Bandingkan cerita Kaleb
dan perempuan Siro-Fenisia di atas. Dengan iman, saya percaya, bahwa Yesus tidak pernah
sembarangan mengatakan sesuatu. Ingat di postingan
171027, Yesus berbicara mengenai Kuk yang sebenarnya diambil
dari Pikulan/Kuk pada Tabut Perjanjian. Yesus terlalu cerdas, untuk sembarangan
berbicara. Oleh karena itu, kemungkinan besar saat Yesus mengatakan perempuan Siro-Fenisia dengan sebutan
anjing, sebenarnya Dia sedang menguji iman dari perempuan itu. Mungkin Yesus menguji, apakah perempuan ini memiliki iman seperti Kaleb, "Anjing" itu?
Ada
3 komponen yang sangat mirip dari kedua cerita di atas. Pertama adalah orang
Non-Israel. Yang kedua adalah pengunaan kata anjing. Dan ketiga adalah roti
untuk anak-anak. Baik… Mungkin untuk 2 komponen pertama, kita semua dapat
memahami dari paparan di atas. Namun
untuk komponen ketiga, roti untuk anak-anak, apa artinya? Ingat, di padang
gurun, Allah memberikan Roti Manna (Roti Surga/dari langit) kepada orang
Israel. Dan Kaleb, memakan Roti Manna juga. Luar biasa!!! Inilah Kasih
Karunia!!! Tuhan Allah tidak melihat status Kaleb, sehingga dia yang Non-Israel bisa
mendapatkan Warisan Tanah Perjanjian dan menikmati Roti Manja. Demikian juga
Tuhan YESUS yang melihat iman orang Siro-Fenisia, sehingga
dia orang Non-Israel mendapatkan warisan dan roti secara spiritual. Dan saat
ini kita bisa berkata, Kaleb yang menjadi Israel dan mendapatkan Warisan Ilahi
itu secara jasmaniah, sedangkan perempuan Siro-Fenisia itu menjadi “Israel
Baru” (melalui Yesus) dan mendapatkan Warisan Ilahi secara spiritual.
Haleluya!!! Wow… Sekali lagi, manusia diselamatkan karena percaya kepada
Yesus, bukan karena dia Yahudi Israel atau bukan. Semua karena Kasih Karunia
dalam Yesus Kristus. Barangsiapa yang percaya kepada Yesus, tidak akan
dipermalukan. Janji Tuhan kepada Israel, juga akan didapatkan kepada kita
Israel Baru, kita mendapatkan Warisan dan Roti Sorga melalui Tuhan Yesus. Semua bangsa bisa mendapatkan janji Tuhan kepada Israel dan menjadi Israel Baru melalui Yesus Kristus Tuhan. Amin...
Senin, 30 Oktober 2017
171030 Mengapa Harus Yesus?
Mengapa
harus Yesus?? Itulah pertanyaan di benak saya, ketika memikirkan betapa baiknya
apa yang sudah Dia lakukan untuk kita. Dia berkorban nyawa untuk kita, orang
yang tidak layak mendapatkan pengorbanan, dan memberikan keselamatan kekal bagi
kita. Mungkin untuk orang baik, masuk akal bila Dia berkorban nyawa untuk kita.
Tapi, bagaimana mungkin ada Pribadi yang mau mati demi kita, manusia yang
kehilangan gambar diri Allah (karena dosa)?? Oke… Itu karena kebaikan
dan keadilan Tuhan. Dia begitu baik dan penuh kasih. Lalu, mengapa harus Yesus?
Lalu mengapa namanya harus Yesus? Banyak nama lain yang wajar di kalangan orang
Yahudi. Hmmm… Sulit menyelami Hati dan Pikiran Allah.
Suatu
kali, Roh Kudus menuntun saya untuk memahami sebuah rancangan keren Tuhan, yang akan membuat kita terkagum-kagum. Saya iseng membuka kamus bahasa Yunani, dan
mencari arti nama Yesus. Nama Yesus dalam bahasa Yunani adalah Ἰησοῦς (Iēsous),
yang artinya Jehovah is salvation (Tuhan adalah keselamatan). Ya… Okelah ini rancangan Tuhan. Dari namaNya saja sudah terlihat,
bahwa ada rencana besar Tuhan bagi keselamatan seluruh manusia. Lalu dimana
bagian kerennya?? Dan, akhirnya saya memahami semua, ketika hikmat Tuhan menuntun
saya untuk mengingat saat bangsa Israel keluar dari Mesir.
Catatan
sejarah memperkirakan, ada 2,5 juta lebih orang keluar dari Mesir. Mereka harus
melewati padang gurun yang luas untuk mencapai Tanah Perjanjian (Tanah Perjanjian
Tuhan dengan Abraham). Padang gurun identik dengan daerah yang panas, kering,
susah makanan, penuh bahaya dari hewan dan cuaca, dll. Menariknya, di padang
gurun inilah, Musa (pemimpin Israel saat itu) menerima Hukum Taurat. Imbasnya,
semua orang Israel harus menjalankan
Hukum itu, walaupun mereka sedang berada di padang gurun.
Hukum
Taurat adalah hukum yang kudus, dan harus dijalankan semua orang yang berada di
bawahnya (orang Israel). Mereka harus
menjalankan seluruh hukum tanpa cela sedikitpun. Jika ada yang melanggar,
akibatnya adalah maut atau kematian. Ironisnya, dari sekian banyak orang
berangkat dari Mesir, hampir semua gagal menjalankan Hukum itu, sehingga harus
mati di padang gurun. Musa, hamba Allah yang bertemu dengan Tuhan itu, juga
tidak lepas dari kesalahan. Dia melanggar kekudusan Tuhan di Kadesh, dengan tidak
melakukan perintah Tuhan dengan tepat. Akibatnya, setelah 40 tahun memimpin
Israel berjalan di padang gurun, Musa gagal menyebrang ke Tanah Perjanjian yang
sudah terlihat di depan mata itu. Menyedihkan…
Tapi inilah konsekuensi seseorang di bawah Hukum Taurat. Mereka harus
hidup 100% sesuai Perintah Tuhan. Karena pelanggaran umat Tuhan, Dia pun
berfirman bahwa tidak ada dari generasi ini (generasi yang keluar dari Mesir),
yang dapat masuk ke Tanah Perjanjian. Mengerikan!!!
Dari
sekian banyak generasi pertama Israel yang keluar dari mesir, terdapat 2 orang
yang mendapat anugerah dari Tuhan. Mereka adalah Yosua dan Kaleb. Siapakah mereka??
Pada waktu bangsa Israel hampir mendekati Tanah Perjanjian, dikirimlah 12 orang
pengintai, untuk memata-matai Tanah Perjanjian. Dari 12 orang tersebut, 10
orang menganjurkan untuk membatalkan perjalanan ke Tanah perjanjian. Hal itu
dikarenakan, di tanah tersebut, diduduki oleh bangsa-bangsa lain, yang menurut
mereka lebih kuat dan perkasa daripada orang Israel. Namun Yosua dan Kaleb
berkata lain :
Bilangan
14:6-9 (TB) “Tetapi Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune, yang termasuk orang-orang
yang telah mengintai negeri itu, mengoyakkan pakaiannya, dan berkata kepada
segenap umat Israel: "Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar
biasa baiknya. Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk
ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang
berlimpah-limpah susu dan madunya. Hanya, janganlah memberontak kepada TUHAN,
dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telan
habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang TUHAN menyertai
kita; janganlah takut kepada mereka."
Wow…
Luar biasa kedua orang ini. Mereka tetap percaya pada Tuhan, walaupun orang
lain ragu pada Tuhannya. Lebih parahnya, Yosua dan Kaleb hampir dilempari batu
oleh bangsa Israel, karena menganjurkan untuk terus melanjutkan perjalanan. Hati yang percaya dari kedua orang ini, diperhitungkan sebagai
Kebenaran oleh Tuhan. Sehingga, Tuhan memberikan kesempatan mereka untuk
masuk ke Tanah Perjanjian dan bahkan memilih Yosua sebagai pemimpin Israel (menggantikan
Musa). Sebagai catatan, bangsa Israel yang dipimpin Yosua ini bukankan generasi yang keluar dari
Mesir namun generasi setelahnya (keturunan dari generasi pertama). Singkat cerita,
Yosua berhasil memimpin bangsa Israel ke Tanah Perjanjian dan menikmati berkat
Tuhan itu.
Oke… Apa hal yang dapat kita petik
dari kisah di atas?? Ingat!! Kuncinya adalah Yesus serta Kasih Karunia dan
Kebenaran (postingan no 171025)!!! Kita bisa memahami, bahwa di bawah Hukum
Agama (yang menuntut kesempurnaan), jika kita tidak melakukan kehendak Tuhan,
maka akibatnya adalah maut. Sedangkan, jika hidup dari iman (percaya) kita akan
diselamatkan seperti Yosua dan Kaleb. (Benar apa kata Paulus, bahwa keselamatan
bukan karena usaha kita, tapi karena iman!!) Padang gurun menggambarkan perjalanan
hidup kita yang penuh dengan masalah dan pencobaan. Tapi jika kita percaya pada
Tuhan, maka kita akan mendapatkan Tanah Perjanjian (menggambarkan Keselamatan
Kekal/Sorga) yang penuh dengan madu dan susu.
Wow…
Haleluya!!! Luar biasa Tuhan kita. Dia sudah menggambarkan dan merancangkan Keselamatan
Kekal sejak sekita 1500 tahun sebelum Yesus lahir!!! Itulah Kasih Karunia dan
Kebenaran Yesus. Bukan apa yang kita
perbuat yang membuat kita selamat, tapi semua karena Anugerah!! Keren ya
Tuhan kita… STOP!!! Ini belum selesai!!! Kok yang dipilih sebagai pemimpin
Israel kok Yosua dan bukan kaleb ya?? Aneh…
Kemudian
Roh Kudus mendorong saya untuk membuka arti nama Yosua dan Kaleb. Kaleb, dalam
bahasa Ibrani adalah כּלב (kâlêb), yang artinya Anjing(akan dibahas di postingan selanjutnya). Waduh… Kemudian saya cek arti nama Yosua dan akhirnya saya tahu
mengapa harus Yosua. Yosua, dalam bahasa Ibrani adalah יהושׁוּע (yehôshûa‛), yang artinya Jehovah is salvation (Tuhan adalah keselamatan). Maka terbelalaklah
mata saya atas apa yang Roh Kudus buka. Arti nama Yosua dan Yesus ternyata
sama. Bahkan lebih dari itu. Ἰησοῦς (Iēsous) adalah nama Yunani dari Yesus,
sedangkan nama Ibraninya adalah יהושׁוּע (yehôshûa‛). Wow ternyata, nama
Yesus ini tidak sembarang diberikan. Itulah kenapa, malaikat Gabriel meminta
Bunda Maria memberi nama Yesus.
Inilah Rancangan Keren
Tuhan. Hari itu, hikmat Roh Kudus mengajarkan. Yesus adalah “Yosua”
Perjanjian Baru!! Yosua Perjanjian lama sudah
melihat Tanah Perjanjian itu terlebih dahulu (karena dia sudah diutus terlebih
dahulu), "Yosua" Perjanjian Baru juga sudah ke Sorga itu terlebih
dahulu (karena Dia berasal dari sana). Yosua Perjanjian Lama,
memimpin orang Israel keluar dari padang gurun menuju Tanah Perjanjian. Yesus,
“Yosua” Perjanjian baru, memimpin kita Israel Perjanjian Baru menuju ke
Keselamatan Kekal. Haleluya!!! Barang siapa percaya pada Yesus Kristus Tuhan,
pemimpin kita, maka akan diselamatkan!! Semua bukan karena usaha kita tapi semua
karena Kasih Karunia di dalamNya. Amin.
Jumat, 27 Oktober 2017
171027 The Burden
Matius
11:28-30 (TB) “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan
memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku,
karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab
kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan."
Potongan
Firman Tuhan di atas, adalah ayat yang banyak memberkati dan menguatkan orang
banyak. Bahkan, ayat ini adalah salah satu ayat hafalan, yang menjadi ayat favorit
jemaat gereja. Namun, banyak orang salah
mengartikan ayat-ayat ini. Hati yang letih lesu dan berbeban berat itu
sering kali dikaitkan dengan beban masalah hidup yang sering dialami manusia. Padahal konteks ayat ini, tidak berkaitan dengan hal itu!!!
Kata
letih lesu diambil dari bahasa Yunani yaitu κοπιάω (kopiaō). κοπιάω memiliki
arti lelah, akibat dari kerja keras. Sedangkan berbeban berat menggunakan
kata φορτίζω (phortizō) yang berarti, berbeban berat (berlebihan beban)
akibat upacara/adat atau akibat kecemasan spiritual (rasa tidak damai). Hmmm…
Menarik ya…
Terlihat
dari konteks ayat tersebut, Yesus sedang mengundang orang-orang Yahudi yang
merasa lelah akibat kerja keras dan berbeban berat dalam menjalankan hukum
agama dan adat istiadat (Hukum Taurat). Sebagian dari mereka merasa cemas
secara spiritual, akibat ketidaksempurnaan mereka dalam menjalankan Aturan
Taurat. Ya semacam tertuduh perasaannya sendiri/perasaan bersalah/perasaan
was-was… Bayangkan, mereka harus tepat persis menjalankan Hukum Taurat dan adat istiadat Yahudi (baca kitab Imamat), tanpa kesalahan sedikitpun. Aturan-aturan itu sangat ketat, tidak boleh ini, tidak boleh itu, harus ini, harus itu. Taurat Yahudi mengatur hampir segala aspek kehidupan manusia seperti cara hidup, ibadah, makan, pernikahan, pergaulan dll. Hal ini membuat manusia tidak menyembah Tuhan karena kasih dan cinta kepada Tuhan, tetapi karena hukum dan aturan.
Tuhan
Yesus mengundang orang-orang berbeban ini, untuk mendapatkan ἀναπαύω (anapauō). ἀναπαύω
berarti kelegaan, istirahat, kesegaran, kelepasan dari dosa. Dapat diartikan Yesus mau memberikan mereka
kelegaan, istirahat, dan kelepasan dari beban hukum agama (Hukum Taurat)!!! Haleluya!!
Mungkin banyak dari kita juga mengalami hal ini kan? Mungkin kita terbeban
dengan “Taurat” baru, yang ada dalam penyembahan kita kepada Tuhan. Jika kita
tidak melakukan, kita mulai merasa berbeban, lelah dan merasa bersalah. Good News-nya, Tuhan Yesus akan memberi kita kelegaan dan kelepasan dari hal-hal
itu!!!
Kuk
adalah beban yang biasa digunakan pada leher sepasang hewan ternak (supaya
seimbang), yang akan dihubungkan pada bajak untuk membajak tanah/ladang. Kuk juga diartikan sebagai pikulan (seperti pada tukang sate pikulan). Sejatinya,
Kuk menggambarkan beban/hukum yang menyulitkan (Hukum Musa/Hukum Taurat). Bukankah Tabut Perjanjian, yang berisi 2 loh batu (Hukum Taurat), dipanggul menggunakan kuk itu? Selama
ini, kuk yang dipasang pada “leher” orang Yahudi adalah kuk yang sangat berat. Sehingga,
Tuhan Yesus menawari orang-orang Yahudi itu untuk memikul “kuk” milik Yesus. “Kuk”
yang ditawarkan Yesus ringan/enteng/lebih baik. Mengapa demikian?? Apa beda Kuk
Taurat dan “Kuk” Yesus?? Ingat… Di dalam
Yesus, Dia membawa Kasih Karunia dan Kebenaran. DIalah yang akan menanggung
beban Taurat itu. Sehingga, Kuk Taurat ditanggung Yesus, dan “Kuk” Yesus
diberikan kepada kita. Dan “Kuk” itu ringan. Orang yang ikut Yesus, akan jauh
merasa lega dan tenang.
Yesus
mengajarkan untuk belajar dari Dia, Yang lemah lembut dan rendah hati. Yesus
mengajarkan untuk kita menjadi berbeda dengan orang Farisi yang membanggakan
apa yang mereka buat (ketaatan akan Hukum Musa). Tidak ada satupun dari apa yang kita perbuat, yang dapat dibanggakan di
mata Tuhan. Sebab, hidup kita tidak bergantung dari apa yang kita buat, namun
bergantung pada apa yang Tuhan Yesus perbuat bagi kita. Terpujilah nama Tuhan
Yesus, Pribadi Yang sudah menanggung beban kita. Haleluya. Amin..
Langganan:
Postingan (Atom)