Rabu, 15 November 2017

171114 Jangan Kaya!

Sebelum masuk ke pengajaran “Jangan Kaya!”, saya mau menjelaskan sesuatu yang keren. Beberapa waktu lalu saya berbincang dengan Pastor Waluyo Sejati (Ayah saya sendiri, hehe), dan Beliau menyatakan hal yang unik. Menurut saya, hal tersebut sangat penting dan akan mempengaruhi pemahaman kita akan Kebenaran itu. Saya akan simpulkan menggunakan bahasa saya sendiri.
Sebenarnya kalau diperhatikan baik-baik, secara garis besar, Yesus berbicara menggunakan 2 “bahasa”. Bukan 2 languages yang dimaksud, tapi 2 sudut pandang/konteks. Apa saja? Yang pertama, Yesus berbicara kepada Ahli_Taurat/Orang_Farisi/ahli_agama/orang_taat_agama, dengan menggunakan sudut pandang Hukum Taurat dan Adat Istiadat Yahudi. Sedangkan yang kedua, kepada orang-orang_hina/pelanggar_Hukum_dan_Adat/pendosa, Yesus menggunakan konteks Kasih Karunia. Sehingga kita harus paham, pada saat Yesus mengajar, Ia menggunakan “bahasa” apa? Benarkah hal tersebut? Mari kita bahas sedikit.
Hukum Taurat dan Adat Istiadat Yahudi adalah hukum yang saklek harus dilakukan oleh orang Yahudi. Hukum ini menonjolkan pada usaha/perbuatan untuk menyembah Tuhan, dalam rangka mencapai keselamatan (lepas dari maut). Jemaat tidak diperbolehkan melanggar hukum tersebut (ada 613 mitzvah). Jika ada pelanggaran, maka imam harus menilai apakah pelanggar layak mendapatkan sangsi atau tidak. Pelanggar juga diminta untuk memberikan korban tebusan dosa, sebagai ganti atas pelanggaran/dosa yang mereka lakukan (untuk lebih lanjut, silakan baca kitab Imamat).
Kasih Karunia adalah sebuah bentuk kebaikan dari Allah, yang mana tidak menonjolkan pada perbuatan dalam mencapai keselamatan, namun semua karena Anugerah Allah melalui Yesus Kristus Tuhan. Barangsiapa percaya kepada Yesus Kristus, tidak akan menerima penghukuman namun akan diselamatkan!!
Oke… Sekarang kita paham, sedikit mengenai dasar Hukum Taurat dan Kasih Karunia. Dalam pengajaranNya, Yesus akan menggunakan konteks Hukum Taurat, jika orang-orang yang di depanNya adalah orang-orang yang mengedepankan, membanggakan, memfokuskan perbuatan (Hukum Agama) dalam penyembahan kepada Bapa. Yesus bisa begitu marah jika orang-orang mulai merasa dirinya mampu untuk mencapai keselamatan dengan kekuatannya sendiri (merasa suci). Mungkin mereka sombong dengan apa yang sudah mereka buat (melakukan Hukum Taurat). Ada pula sebagian yang munafik, karena berusaha menonjolkan perbuatan mereka di depan umum. Sehingga jangan kaget terhadap kemarahan Tuhan Yesus yang sampai berkata, “Orang-orang Munafik”, “Ular Beludak”, “Hamba Dosa..” dll.
Berbeda dengan orang-orang “suci” di atas, Yesus sangat mengasihi orang-orang “pendosa”. Ia menggunakan konteks Kasih Karunia kepada orang-orang yang merasa tidak mampu, tidak layak, sadar bahwa dirinya berdosa, orang yang membutuhkan pertolongan dll. Bukankah Tabib datang untuk orang yang “sakit”, jika kita merasa “sehat” maka apakah guna kedatangan Tabib itu? 1 orang yang membutuhkan pertobatan, lebih berharga daripada 99 orang yang tidak butuh pertobatan. Mulai paham maksud saya? Yes… Jangan kaget jika Yesus begitu mengasihi pendosa-pendosa. Karena dia ada untuk menyelamatkan orang berdosa, bukan orang suci. Dia mencari orang-orang yang membutuhkanNya, bukan yang tidak membutuhkanNya. Sehingga, tidak heran jika kosakata yang digunakan Yesus berbeda dengan sebelumnya, “dosamu diampuni”, “sahabat”, “saudara”, “kamu sembuh” dll.
Saat kita memahami hal di atas, kita akan melihat betapa Tuhan Yesus mengasihi manusia. Orang yang dipandang hina dari Hukum Taurat, justru sangat berharga bagi Tuhan. Banyak ucapan dengan konteks Kasih Karunia yang sangat luar biasa. Salah satu hal luar biasa yang pernah diucapkan Yesus adalah

Matius 5:3 "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.”

Wow… Perhatikan potongan firman Tuhan itu, tidak ada unsur kewajiban melakukan hukum agama sama sekali!! Ada komponen penting bagi mereka yang mau jadi pemilik Kerajaan Sorga, hal itu adalah orang yang miskin di hadapan Allah.
        Potongan ayat di atas adalah salah satu dari rangkaian pengajaran Yesus di bukit saat banyak orang mencariNya. Dalam terjemahan Inggris Versi King James, orang miskin di hadapan Allah diartikan dengan the poor in spirit. Sedangkan dalam bahasa Yunani, kata miskin menggunakan πτωχός (ptōchos), yang artinya orang miskin, pengemis, membungkuk, merendahkan diri. Sementara itu, di hadapan Tuhan menggunakan πνεῦμα (pneuma) yang artinya bisa berarti Roh Tuhan, roh (bagian selain tubuh), spiritual, jiwa. Sehingga jika semua arti di atas digabungkan, arti kalimat miskin di hadapan Tuhan, bisa diartikan tidak punya apa-apa (tidak punya yang dibanggakan) di hadapan Tuhan, miskin secara spiritual atau jiwa yang miskin, sangat membutuhkan Tuhan (karena tidak punya apa-apa secara spiritual), merendahkan diri secara rohani/spiritual.
Itulah kunci untuk mendapatkan Kerajaan Sorga. Bukan dengan perbuatan kita, namun semua karena pertolongan Tuhan. Orang-orang ini adalah orang-orang yang benar-benar hanya bisa berharap pada Tuhan, tidak ada satupun yang bisa dibanggakan dan bahkan mereka merasa rendah secara spiritual (tidak sombong rohani). Sehingga arti miskin di hadapan Allah bukan berbicara mengenai miskin secara harta (uang) tapi miskin secara spiritual. Menarik sekali… Berbicara mengenai harta, saya jadi ingat dua orang kaya yang pernah bertemu dengan Yesus.

Orang kaya yang pertama, dari Lukas 18:18-27, adalah seorang pemimpin/seorang yang memiliki jabatan dalam agama Yahudi (ada kemungkinan dia kaya dari persembahaan jemaat). Ia datang kepada Yesus menanyakan apa yang harus diperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal. Lalu Yesus memberikan beberapa perintah Allah yaitu jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu. Dan apa jawab orang ini? Dia menjawab, "Semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku."  Waduh… Orang ini malah merasa sudah mampu dengan kekuatannya sendiri. Ingat… Jika ada orang datang dengan membawa perbuatan keagamaannya, maka Yesus akan menggunakan konteks Hukum Taurat!!! Dan benar, Yesus berkata bahwa masih ada satu hal yang harus dilakukan yaitu menjual semua hartanya dan dibagikan kepada orang-orang miskin, supaya beroleh harta di Sorga. Tentu saja hal tersebut membuat dia sedih karena hartanya sangat banyak.

Lukas 18:24-27 Lalu Yesus memandang dia dan berkata: "Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." Dan mereka yang mendengar itu berkata: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" Kata Yesus: "Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah.”

Wah… Berat juga ya. Apakah orang harus dilarang kaya untuk masuk Kerajaan Allah?
            Orang tersebut memang kaya secara materiil. Tapi mari kita amati lebih detail, orang ini kaya dalam 2 hal, harta dan spiritual. Dalam hal harta, Yesus menyindir pemimpin tersebut dimana, para petinggi agama Yahudi memiliki harta yang banyak, hasil persembahan jemaat yang berusaha keras untuk melakukan kewajibannya sebagai penganut agama yang baik (padahal mungkin mereka, miskin secara harta). Sedangkan dalam hal spiritual, orang ini kaya dalam spiritual. Dia dengan gagah merasa sudah melakukan hukum agama melalui perbuatannya. Dia merasa tidak memerlukan Juru Selamat lagi. Sehingga apa yang Yesus lakukan? Yesus menambah beban Tauratnya dengan menyuruhnya untuk menjual semua hartanya dan dibagikan kepada orang miskin. Orang yang merasa kaya dalam spiritual, susah masuk Kerajaan Sorga. Karena, orang miskin dalam spiritual-lah yang empunya Kerajaan Sorga. Tuhan mencari orang-orang yang membutuhkan Kasih Karunia, bukan yang membanggakan usahanya dalam menjalankan hukum agama. Karena sekuat tenaga manusia berusaha dalam hukum agama, pasti masih selalu ada kekurang-sempurnaan dalam perbuatannya. Hukum Taurat membutuhkan semua perintahnya ditaati, bukan cuma sebagian kecil atau sebagian besar. Tapi SEMUA.
         Orang kaya yang kedua, Lukas 19:1-10, adalah seorang kepala pemungut pajak, bernama Zakheus. Pada saat Yesus berjalan di kota Yerikho, Zakheus berusaha melihat Yesus dan memanjat pohon ara (karena pendek badannya). Saat Tuhan melihatnya, Ia berkata bahwa ingin berkunjung di rumahnya. Maka sangat gembiralah Zakheus. Namun, banyak orang mulai bersungut-sungut sebab seorang pemungut pajak dianggap pendosa. Pemungut pajak dianggap pemeras harta orang Yahudi yang akan diberikan kepada Kaisar. Belum lagi, jika mereka melakukan kecurangan dalam perhitungan pajak, guna memperkaya diri sendiri (mirip jaman sekarang ya…). Sehingga akibatnya, pemungut pajak dianggap pendosa, apalagi Zakheus adalah pemimpin para pemungut pajak.
            Karena begitu bahagianya karena Tuhan mampir ke rumahnya, Zakheus berdiri dan berkata "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." Dan inilah tanggapan Yesus

Lukas 19:9-10 Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."

Wow Luar Biasa… Ada keselamatan di rumah Zakheus. Dia berhak menerima janji Allah kepada keturunan Abraham. Tuhan tidak sedikitpun berbicara mengenai hukum agama karena Ia menggunakan konteks Kasih Karunia. Tidak ada satupun yang bisa dibanggakan oleh Zakheus. Dia tahu bahwa dia orang berdosa, namun dia menyambut Mesias dengan sukacita. Dia merasa bahagia saat Tuhan mau datang ke rumah seorang pendosa. Dan lihat responnya, dia memberikan separuh hartanya ke orang miskin, serta mengembalikan 4 kali lipat kepada orang yang diperasnya tanpa Yesus minta. Respon yang dilakukan Zakheus adalah sebuah limpahan syukur sebab Tuhan mau hadir dalam hidupnya yang berdosa. Saat ini saya berkata, Zakheus orang yang sangat kaya secara harta, tapi di saat yang sama dia miskin secara spiritual. Zakheus miskin di hadapan Tuhan, sehingga dia adalah empunya Kerajaan Sorga.
     Bandingkan kedua orang kaya tersebut. Apa bedanya? Sikap hatinya!! Orang kaya pertama membanggakan apa yang sudah dia perbuat. Sedangkan Zakheus, tidak punya apa-apa yang dapat ia banggakan. Orang pertama percaya pada usahanya, sedangkan Zakheus percaya pada Yesus serta menyambutnya. Orang kaya pertama tidak membutuhkan Juru Selamat karena ia merasa sudah benar, sedangkan Zakheus membutuhkan Yesus sebab ia tahu ia orang berdosa.
            Haleluya… Semua karena anugerah, dan selamanya akan tetap karena anugerah. Bukan usaha kita yang membuat Tuhan menyelamatkan kita, tapi respon hati kita. Hati yang percaya padaNya, hati yang berharap padaNya, hati yang menyambutNya, hati yang membutuhkanNya. Perbuatan kita adalah suatu bentuk respon ucapan syukur karena kita sudah diterima, diampuni dan diselamatkan oleh Juru Selamat kita, Yesus Kristus Tuhan. Amin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar