Sebelum
masuk ke pengajaran “Jangan Kaya!”, saya mau menjelaskan sesuatu yang keren. Beberapa
waktu lalu saya berbincang dengan Pastor Waluyo Sejati (Ayah saya sendiri,
hehe), dan Beliau menyatakan hal yang unik. Menurut saya, hal tersebut
sangat penting dan akan mempengaruhi pemahaman kita akan Kebenaran itu. Saya
akan simpulkan menggunakan bahasa saya sendiri.
Sebenarnya
kalau diperhatikan baik-baik, secara garis besar, Yesus berbicara menggunakan 2
“bahasa”. Bukan 2 languages yang
dimaksud, tapi 2 sudut pandang/konteks. Apa saja? Yang pertama, Yesus berbicara
kepada Ahli_Taurat/Orang_Farisi/ahli_agama/orang_taat_agama, dengan menggunakan sudut
pandang Hukum Taurat dan Adat Istiadat Yahudi. Sedangkan yang kedua, kepada
orang-orang_hina/pelanggar_Hukum_dan_Adat/pendosa, Yesus menggunakan konteks
Kasih Karunia. Sehingga kita harus paham, pada saat Yesus mengajar,
Ia menggunakan “bahasa” apa? Benarkah hal tersebut? Mari kita bahas sedikit.
Hukum
Taurat dan Adat Istiadat Yahudi adalah hukum yang saklek harus dilakukan oleh orang Yahudi. Hukum ini menonjolkan
pada usaha/perbuatan untuk menyembah Tuhan, dalam rangka mencapai keselamatan (lepas dari maut). Jemaat tidak
diperbolehkan melanggar hukum tersebut (ada 613 mitzvah). Jika ada pelanggaran, maka imam harus
menilai apakah pelanggar layak mendapatkan sangsi atau tidak. Pelanggar juga
diminta untuk memberikan korban tebusan dosa, sebagai ganti atas pelanggaran/dosa
yang mereka lakukan (untuk lebih lanjut, silakan baca kitab Imamat).
Kasih Karunia adalah sebuah bentuk kebaikan
dari Allah, yang mana tidak
menonjolkan pada perbuatan dalam
mencapai keselamatan, namun semua karena Anugerah
Allah melalui Yesus Kristus Tuhan. Barangsiapa percaya kepada Yesus Kristus, tidak akan menerima penghukuman namun
akan diselamatkan!!
Oke… Sekarang kita paham, sedikit mengenai
dasar Hukum Taurat dan Kasih Karunia. Dalam pengajaranNya, Yesus akan
menggunakan konteks Hukum Taurat, jika orang-orang yang di depanNya adalah
orang-orang yang mengedepankan, membanggakan, memfokuskan perbuatan (Hukum Agama) dalam penyembahan kepada Bapa. Yesus bisa
begitu marah jika orang-orang mulai merasa dirinya mampu untuk mencapai
keselamatan dengan kekuatannya sendiri (merasa suci). Mungkin mereka sombong
dengan apa yang sudah mereka buat (melakukan Hukum Taurat). Ada pula sebagian
yang munafik, karena berusaha menonjolkan perbuatan
mereka di depan umum. Sehingga jangan kaget terhadap kemarahan Tuhan Yesus yang
sampai berkata, “Orang-orang Munafik”, “Ular Beludak”, “Hamba Dosa..” dll.
Berbeda dengan orang-orang “suci” di atas,
Yesus sangat mengasihi orang-orang “pendosa”. Ia menggunakan konteks Kasih
Karunia kepada orang-orang yang merasa tidak mampu, tidak layak, sadar bahwa
dirinya berdosa, orang yang membutuhkan pertolongan dll. Bukankah Tabib datang
untuk orang yang “sakit”, jika kita merasa “sehat” maka apakah guna kedatangan
Tabib itu? 1 orang yang membutuhkan pertobatan, lebih berharga daripada 99
orang yang tidak butuh pertobatan. Mulai paham maksud saya? Yes… Jangan kaget
jika Yesus begitu mengasihi pendosa-pendosa. Karena dia ada untuk menyelamatkan
orang berdosa, bukan orang suci. Dia mencari orang-orang yang membutuhkanNya,
bukan yang tidak membutuhkanNya. Sehingga, tidak heran jika kosakata yang
digunakan Yesus berbeda dengan sebelumnya, “dosamu diampuni”, “sahabat”,
“saudara”, “kamu sembuh” dll.
Saat kita memahami hal di atas, kita akan
melihat betapa Tuhan Yesus mengasihi manusia. Orang yang dipandang hina dari
Hukum Taurat, justru sangat berharga bagi Tuhan. Banyak ucapan dengan konteks
Kasih Karunia yang sangat luar biasa. Salah satu hal luar biasa yang pernah
diucapkan Yesus adalah
Matius 5:3 "Berbahagialah orang yang miskin di
hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.”
Wow…
Perhatikan potongan firman Tuhan itu, tidak
ada unsur kewajiban melakukan hukum agama sama sekali!! Ada komponen
penting bagi mereka yang mau jadi pemilik Kerajaan Sorga, hal itu adalah orang yang miskin di hadapan
Allah.
Potongan ayat di
atas adalah salah satu dari rangkaian pengajaran Yesus di bukit saat banyak
orang mencariNya. Dalam terjemahan Inggris Versi King James, orang miskin di
hadapan Allah diartikan dengan the poor
in spirit. Sedangkan dalam bahasa Yunani, kata miskin menggunakan πτωχός (ptōchos),
yang artinya orang miskin, pengemis, membungkuk, merendahkan diri. Sementara
itu, di hadapan Tuhan menggunakan πνεῦμα (pneuma) yang artinya bisa berarti
Roh Tuhan, roh (bagian selain tubuh), spiritual, jiwa. Sehingga jika semua arti
di atas digabungkan, arti kalimat miskin di hadapan Tuhan, bisa diartikan tidak
punya apa-apa (tidak punya yang dibanggakan) di hadapan Tuhan, miskin secara
spiritual atau jiwa yang miskin, sangat membutuhkan Tuhan (karena tidak punya
apa-apa secara spiritual), merendahkan diri secara rohani/spiritual.
Itulah kunci untuk
mendapatkan Kerajaan Sorga. Bukan dengan perbuatan kita, namun semua karena
pertolongan Tuhan. Orang-orang ini adalah orang-orang yang benar-benar hanya
bisa berharap pada Tuhan, tidak ada satupun yang bisa dibanggakan dan bahkan mereka
merasa rendah secara spiritual (tidak sombong rohani). Sehingga arti miskin di
hadapan Allah bukan berbicara mengenai miskin secara harta (uang) tapi miskin
secara spiritual. Menarik sekali… Berbicara mengenai harta, saya jadi ingat dua
orang kaya yang pernah bertemu dengan Yesus.
Orang kaya yang
pertama, dari Lukas 18:18-27, adalah seorang pemimpin/seorang yang
memiliki jabatan dalam agama Yahudi (ada kemungkinan dia kaya dari persembahaan
jemaat). Ia datang kepada Yesus menanyakan apa yang harus diperbuat untuk
memperoleh hidup yang kekal. Lalu Yesus memberikan beberapa perintah Allah yaitu
jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi
dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu. Dan apa jawab orang ini? Dia menjawab, "Semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku." Waduh…
Orang ini malah merasa sudah mampu dengan kekuatannya sendiri. Ingat… Jika ada
orang datang dengan membawa perbuatan keagamaannya, maka Yesus akan menggunakan
konteks Hukum Taurat!!! Dan benar, Yesus berkata bahwa masih ada satu hal yang
harus dilakukan yaitu menjual semua hartanya dan dibagikan kepada orang-orang
miskin, supaya beroleh harta di Sorga. Tentu saja hal tersebut membuat dia
sedih karena hartanya sangat banyak.
Lukas
18:24-27 Lalu Yesus memandang dia dan
berkata: "Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan
Allah. Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada
seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." Dan mereka yang mendengar itu
berkata: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" Kata
Yesus: "Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah.”
Wah…
Berat juga ya. Apakah orang harus dilarang kaya untuk masuk Kerajaan Allah?
Orang tersebut memang kaya secara
materiil. Tapi mari kita amati lebih detail, orang ini kaya dalam 2 hal, harta
dan spiritual. Dalam hal harta, Yesus menyindir pemimpin tersebut dimana, para
petinggi agama Yahudi memiliki harta yang banyak, hasil persembahan jemaat yang
berusaha keras untuk melakukan kewajibannya sebagai penganut agama yang baik (padahal
mungkin mereka, miskin secara harta). Sedangkan dalam hal spiritual, orang ini kaya
dalam spiritual. Dia dengan gagah merasa sudah melakukan hukum agama melalui
perbuatannya. Dia merasa tidak memerlukan Juru Selamat lagi. Sehingga apa yang
Yesus lakukan? Yesus menambah beban Tauratnya dengan menyuruhnya untuk menjual
semua hartanya dan dibagikan kepada orang miskin. Orang yang merasa kaya dalam spiritual,
susah masuk Kerajaan Sorga. Karena, orang miskin dalam spiritual-lah yang
empunya Kerajaan Sorga. Tuhan mencari
orang-orang yang membutuhkan Kasih Karunia, bukan yang membanggakan usahanya
dalam menjalankan hukum agama. Karena sekuat tenaga manusia berusaha dalam
hukum agama, pasti masih selalu ada kekurang-sempurnaan dalam perbuatannya. Hukum
Taurat membutuhkan semua perintahnya ditaati, bukan cuma sebagian kecil atau
sebagian besar. Tapi SEMUA.
Orang
kaya yang kedua, Lukas 19:1-10, adalah seorang kepala pemungut pajak, bernama
Zakheus. Pada saat Yesus berjalan di kota Yerikho, Zakheus berusaha melihat
Yesus dan memanjat pohon ara (karena pendek badannya). Saat Tuhan melihatnya,
Ia berkata bahwa ingin berkunjung di rumahnya. Maka sangat gembiralah Zakheus. Namun,
banyak orang mulai bersungut-sungut sebab seorang pemungut pajak dianggap
pendosa. Pemungut pajak dianggap pemeras harta orang Yahudi yang akan diberikan
kepada Kaisar. Belum lagi, jika mereka melakukan kecurangan dalam perhitungan
pajak, guna memperkaya diri sendiri (mirip jaman sekarang ya…). Sehingga akibatnya,
pemungut pajak dianggap pendosa, apalagi Zakheus adalah pemimpin para pemungut
pajak.
Karena begitu bahagianya karena
Tuhan mampir ke rumahnya, Zakheus berdiri dan berkata "Tuhan, setengah dari milikku akan
kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari
seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." Dan inilah tanggapan Yesus
Lukas
19:9-10 Kata Yesus kepadanya: "Hari
ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak
Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang
hilang."
Wow
Luar Biasa… Ada keselamatan di rumah Zakheus. Dia berhak menerima janji Allah
kepada keturunan Abraham. Tuhan tidak sedikitpun berbicara mengenai hukum agama
karena Ia menggunakan konteks Kasih Karunia. Tidak ada satupun yang bisa
dibanggakan oleh Zakheus. Dia tahu bahwa dia orang berdosa, namun dia menyambut
Mesias dengan sukacita. Dia merasa bahagia saat Tuhan mau datang ke rumah
seorang pendosa. Dan lihat responnya, dia memberikan separuh hartanya ke orang
miskin, serta mengembalikan 4 kali lipat kepada orang yang diperasnya tanpa
Yesus minta. Respon yang dilakukan Zakheus adalah sebuah limpahan syukur sebab
Tuhan mau hadir dalam hidupnya yang berdosa. Saat ini saya berkata, Zakheus orang yang sangat kaya secara harta,
tapi di saat yang sama dia miskin secara spiritual. Zakheus miskin di hadapan
Tuhan, sehingga dia adalah empunya Kerajaan Sorga.
Bandingkan kedua orang kaya
tersebut. Apa bedanya? Sikap hatinya!! Orang
kaya pertama membanggakan apa yang sudah dia perbuat. Sedangkan Zakheus, tidak
punya apa-apa yang dapat ia banggakan. Orang pertama percaya pada usahanya,
sedangkan Zakheus percaya pada Yesus serta menyambutnya. Orang kaya pertama
tidak membutuhkan Juru Selamat karena ia merasa sudah benar, sedangkan Zakheus
membutuhkan Yesus sebab ia tahu ia orang berdosa.
Haleluya…
Semua karena anugerah, dan selamanya akan tetap karena anugerah. Bukan usaha
kita yang membuat Tuhan menyelamatkan kita, tapi respon hati kita. Hati yang
percaya padaNya, hati yang berharap padaNya, hati yang menyambutNya, hati yang
membutuhkanNya. Perbuatan kita adalah suatu bentuk respon ucapan syukur karena kita sudah diterima, diampuni dan diselamatkan oleh Juru Selamat kita, Yesus Kristus Tuhan. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar