Rabu, 22 November 2017

171122 The Lord of The Keys

Sekedar bercerita… Saya sering berfikir, apa yang bisa kita lakukan jika Tuhan Yesus tidak mau datang ke dalam dunia ini? Semakin kita berusaha dengan kekuatan kita, semakin tampak ketidakmampuan kita dalam menjalankan hukum agama. Semakin kita berusaha menghindari dosa (guna mencapai keselamatan), justru semakin kita terjatuh dalam dosa. Beruntunglah kita!!! Kita punya Tuhan, yang begitu mencintai kita dan rela berkorban untuk menanggung semua dosa dan memikul beban hukum agama. Haleluya… Mari kita ke pengajaran The Lord of The Keys.
Saya penggemar berat sebuah film, yang mendapat banyak grammy award, yaitu The Lord of The Ring. Dalam cerita film tersebut, dijelaskan ada sebuah cincin yang dapat memberi kekuatan kepada siapa pemilik kunci tersebut. Alhasil, cincin itu menjadi rebutan oleh banyak makhluk, baik manusia maupun makhluk lain. Segala hal rela dikorbankan untuk mendapatkan kekuatan cincin itu. Entah berapa waktu, harta dan nyawa sudah hilang demi mendapatkan kuasa dari cincin itu. Wow… Keren banget film ini!!!
Hampir mirip dengan cerita itu, Tuhan Yesus pernah menjelaskan tentang Perumpamaan mengenai Kerajaan Sorga. Dalam Matius 13:44-46, dijelaskan hal Kerajaan Sorga itu seumpama harga terpendam dan tersimpan di ladang. Penemunya merasa begitu girang, lalu menjual semua miliknya untuk membeli ladang tersebut. Di cerita selanjutnya, hampir sama dengan itu, hal Kerajaan Sorga diibaratkan seorang pedagang mutiara yang menjual segala miliknya, untuk mendapatkan mutiara yang indah. Bukankah benar, setiap orang akan melakukan segalanya, untuk mendapatkan hal yang paling berharga dalam hidupnya. Berapapun nilai yang harus diberikan, rela dikorbankan untuk hal berharga tersebut. Yesus menggambarkan hal Kerajaan Sorga menjadi hal yang paling berharga dan penting dalam kehidupan manusia (khususnya orang Israel jaman itu), sehingga semua orang akan berusaha mengejar hal itu. Lalu, mengapa Kerajaan Sorga begitu ditekankan dalam perumpamaan tersebut?
Selama berabad-abad, kehadiran Yang Diurapi (Mesias) begitu ditunggu-tunggu oleh bangsa Israel. Mereka berharap Raja Mulia yang dinubuatkan para nabi, akan membawa Israel kembali berjaya sebagai bangsa pilihan Allah. Mereka menanti Keturunan Daud yang akan mengokohkan Kerajaan Israel selama-lamanya. Semua hal itu berlangsung sampai kehadiran Yesus dari Nazaret, Yang dipercaya sebagai the next David. Namun ternyata, harapan orang Israel mengenai Kerajaan Israel dan Kerajaan yang dibawa oleh Yesus adalah berbeda. Yesus membawa sebuah Kebenaran bahwa Kerajaan itu bukan kerajaan secara duniawi, tetapi Kerajaan secara spiritual. Yesus akan menjadi Rajanya dan semua bangsa menjadi anggota Kerajaan itu. Kerajaan itu kokoh dan tidak akan tergoyahkan. Kerajaan itu adalah Kerajaan Sorga.

Pada postingan sebelumnya, Yesus berbicara mengenai orang miskin di hadapan Allah yang adalah empunya Kerajaan Sorga. Pada kali ini kita akan membahas siapa The Lord of The Keys (of The Kingdom of Heaven). Kunci-kunci itu sangat berharga dan berkuasa, karena dapat membuka hal-hal sorgawi. Jika orang-orang tahu mengenai kunci-kunci ini, mereka akan berusaha keras mencarinya. Berapapun harganya, akan dipertaruhkan demi mendapatkan Kunci-kunci ini!! Bagaimana cara mendapatkan Kunci-kunci Kerajaan Allah? Dan inilah The God’s Code, Kunci-kunci ini pernah diberikan kepada salah seorang murid Yesus yaitu Petrus.

Matius 16:13-20 (TB) Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi." Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." Lalu Yesus melarang murid-murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun bahwa Ia Mesias.

Wow… Petruslah yang diberikan kunci-kunci Kerajaan Sorga (KJV: the Keys of the Kingdom of Heaven). Bukankah Kerajaan Sorga digambarkan sebagai hal yang sangat berharga, sampai orang-orang ingin menjual segala yang mereka punya untuk mendapatkannya? Mengapa dengan mudahnya Yesus memberikan kunci-kunci yang sangat berharga itu? Lalu mengapa Petrus mendapatkannya? Mari kita bahas…
            Suatu kali Yesus bertanya kepada para murid, apa yang mereka dengar mengenai siapa Dirinya (Anak Manusia) itu? Ada yang menjawab bahwa Dia adalah Yohanes Pembabtis atau nabi Israel (Yeremia, Elia dll). Lalu Yesus bertanya pendapat mereka pribadi mengenai siapa Dia. Dan tentu saja, ada satu murid Yesus yang suka berbicara dengan keras dan spontan, yaitu Petrus. Ia menjawab bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup! Wow… Mantab sekali iman Petrus ini. Petrus sangat yakin bahwa Yesus adalah Mesias yang ditunggu itu. Bahkan lebih dari itu, Petrus mengakui keilahian Yesus sebagai Anak Allah yang nyata (hidup). Iman ini begitu membuat kagum Tuhan dan ia berkata

"Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.”

Ada yang menarik di dua kalimat di atas. Pada kalimat pertama, Tuhan memanggil Petrus dengan nama aslinya yaitu Simon (anak Yunus); dan Petrus pada kalimat kedua. Seperti kita ketahui, Yesus adalah orang yang sangat cerdas (orang paling cerdas di Perjanjian Baru). Belum lagi, Tuhan suka memberikan kode-kode tertentu (bisa melalui perumpamaan), yang suatu saat akan dipahami oleh orang yang mendengarnya. Saya percaya, penggunaan dua nama tersebut bukanlah sembarangan atau kebetulan.
1.    Nama Simon adalah nama yang wajar di dalam kehidupan orang Israel. Nama Simon adalah bahasa orang setempat untuk memanggil nama Simeon (anak Israel). Yang menarik adalah arti nama Simeon/Simon ini. Arti nama Simeon adalah “Mendengar”. Wow… Bukankah ini sangat tepat dengan konteks cerita di atas? Yesus bertanya mengenai “Kata orang” yang sinonim dengan “yang kalian dengar dari orang”… Jadi Yesus sedang berbicara begini kepada Petrus: “Berbahagialah, karena engkau mengatakan bukan apa yang kau dengar, tapi dengan apa yang kau yakin (imani). Iman itu bukan dinyatakan oleh manusia (KJV: bukan darah dan daging) tetapi dari Bapa.”
2.    Nama Petrus memiliki arti yang mendalam. Arti nama Petrus adalah batu/karang. Sedangkan kata jemaat menggunakan kata ἐκκλησία (ekklēsia) yang artinya suatu persekutuan/kumpulan_orang atau sebuah panggilan keluar. Sehingga Yesus berbicara begini pada kalimat kedua : “Engkau ini batu/karang (karena imannya), di atas batu karang ini (di atas iman seperti ini), Aku akan mendirikan persekutuan orang-orang yang dipanggil keluar (dari jalan/kehidupan sebelumnya), dimana mereka akan selamat dari maut (keselamatan, tidak dikuasai oleh kematian yang diakibatkan oleh dosa, KJV: gerbang neraka tidak akan menang)”
Luar Biasa apa yang dikatakan oleh Tuhan kita. Hal ini selaras dengan perkataan Paulus (yang memang memahami keselamatan dari ajaran Yesus) yaitu :

Roma 10:9 (TB)  Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.

Dasyat!!! Inilah Kasih Karunia!!! Bukan karena usaha kita, kita diselamatkan. Semua karena Anugerah melalui Yesus Kristus Tuhan!!! Bagian kita adalah percaya/beriman/mengakui anugerah tersebut, maka kita DISELAMATKAN!!! Haleluya…
            Belum selesai sampai di sini… Ingat, tema kita adalah The Lord of The Keys... Yesus memberikan kunci-kunci tersebut kepada Petrus. Seberapa hebatkah kunci-kunci ini? Kita lihat kuasa/kemampuan kunci ini.

“Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”

Kata kunci disini menunjukkan kuasa otoritas; kuasa untuk membuka atau menutup. Lebih detail mengenai kuasa dari kunci-kunci itu adalah untuk mengikat dan melepas apa yang di dunia (yang akan berimplikasi di sorga). Kata mengikat dan melepas menggunakan δέω(deō) dan λύω (luō). Okey… Lantas apa yang diikat dan dilepas? Konteksnya mengenai apa? Kedua kata itu biasa digunakan untuk menjelaskan mengenai aturan dan hukum agama. Berarti yang diikat dan dilepas adalah : HUKUM TAURAT!! Luar biasa!!! Kuasa dari kunci-kunci itu adalah mengikat dan melepas hukum agama. Kunci-kunci Kerajaan Sorga itulah yang membuat kita bukan lagi menjadi orang-orang yang hidup karena hukum (usaha manusia), tetapi karena iman akan anugerah Allah. Dan siapa pemilik kunci-kunci Kerajaan Sorga yang luar biasa ini? Yes. Orang-orang yang beriman seperti Petrus, yang percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Inilah Kasih Karunia. Kita diselamatkan dan dibenarkan karena iman, bukan usaha kita!! Semua karena anugerah dan selamanya karena anugerah. Terpujilah Yesus Kristus Tuhan selama-lamanya. Amin. 

Rabu, 15 November 2017

171114 Jangan Kaya!

Sebelum masuk ke pengajaran “Jangan Kaya!”, saya mau menjelaskan sesuatu yang keren. Beberapa waktu lalu saya berbincang dengan Pastor Waluyo Sejati (Ayah saya sendiri, hehe), dan Beliau menyatakan hal yang unik. Menurut saya, hal tersebut sangat penting dan akan mempengaruhi pemahaman kita akan Kebenaran itu. Saya akan simpulkan menggunakan bahasa saya sendiri.
Sebenarnya kalau diperhatikan baik-baik, secara garis besar, Yesus berbicara menggunakan 2 “bahasa”. Bukan 2 languages yang dimaksud, tapi 2 sudut pandang/konteks. Apa saja? Yang pertama, Yesus berbicara kepada Ahli_Taurat/Orang_Farisi/ahli_agama/orang_taat_agama, dengan menggunakan sudut pandang Hukum Taurat dan Adat Istiadat Yahudi. Sedangkan yang kedua, kepada orang-orang_hina/pelanggar_Hukum_dan_Adat/pendosa, Yesus menggunakan konteks Kasih Karunia. Sehingga kita harus paham, pada saat Yesus mengajar, Ia menggunakan “bahasa” apa? Benarkah hal tersebut? Mari kita bahas sedikit.
Hukum Taurat dan Adat Istiadat Yahudi adalah hukum yang saklek harus dilakukan oleh orang Yahudi. Hukum ini menonjolkan pada usaha/perbuatan untuk menyembah Tuhan, dalam rangka mencapai keselamatan (lepas dari maut). Jemaat tidak diperbolehkan melanggar hukum tersebut (ada 613 mitzvah). Jika ada pelanggaran, maka imam harus menilai apakah pelanggar layak mendapatkan sangsi atau tidak. Pelanggar juga diminta untuk memberikan korban tebusan dosa, sebagai ganti atas pelanggaran/dosa yang mereka lakukan (untuk lebih lanjut, silakan baca kitab Imamat).
Kasih Karunia adalah sebuah bentuk kebaikan dari Allah, yang mana tidak menonjolkan pada perbuatan dalam mencapai keselamatan, namun semua karena Anugerah Allah melalui Yesus Kristus Tuhan. Barangsiapa percaya kepada Yesus Kristus, tidak akan menerima penghukuman namun akan diselamatkan!!
Oke… Sekarang kita paham, sedikit mengenai dasar Hukum Taurat dan Kasih Karunia. Dalam pengajaranNya, Yesus akan menggunakan konteks Hukum Taurat, jika orang-orang yang di depanNya adalah orang-orang yang mengedepankan, membanggakan, memfokuskan perbuatan (Hukum Agama) dalam penyembahan kepada Bapa. Yesus bisa begitu marah jika orang-orang mulai merasa dirinya mampu untuk mencapai keselamatan dengan kekuatannya sendiri (merasa suci). Mungkin mereka sombong dengan apa yang sudah mereka buat (melakukan Hukum Taurat). Ada pula sebagian yang munafik, karena berusaha menonjolkan perbuatan mereka di depan umum. Sehingga jangan kaget terhadap kemarahan Tuhan Yesus yang sampai berkata, “Orang-orang Munafik”, “Ular Beludak”, “Hamba Dosa..” dll.
Berbeda dengan orang-orang “suci” di atas, Yesus sangat mengasihi orang-orang “pendosa”. Ia menggunakan konteks Kasih Karunia kepada orang-orang yang merasa tidak mampu, tidak layak, sadar bahwa dirinya berdosa, orang yang membutuhkan pertolongan dll. Bukankah Tabib datang untuk orang yang “sakit”, jika kita merasa “sehat” maka apakah guna kedatangan Tabib itu? 1 orang yang membutuhkan pertobatan, lebih berharga daripada 99 orang yang tidak butuh pertobatan. Mulai paham maksud saya? Yes… Jangan kaget jika Yesus begitu mengasihi pendosa-pendosa. Karena dia ada untuk menyelamatkan orang berdosa, bukan orang suci. Dia mencari orang-orang yang membutuhkanNya, bukan yang tidak membutuhkanNya. Sehingga, tidak heran jika kosakata yang digunakan Yesus berbeda dengan sebelumnya, “dosamu diampuni”, “sahabat”, “saudara”, “kamu sembuh” dll.
Saat kita memahami hal di atas, kita akan melihat betapa Tuhan Yesus mengasihi manusia. Orang yang dipandang hina dari Hukum Taurat, justru sangat berharga bagi Tuhan. Banyak ucapan dengan konteks Kasih Karunia yang sangat luar biasa. Salah satu hal luar biasa yang pernah diucapkan Yesus adalah

Matius 5:3 "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.”

Wow… Perhatikan potongan firman Tuhan itu, tidak ada unsur kewajiban melakukan hukum agama sama sekali!! Ada komponen penting bagi mereka yang mau jadi pemilik Kerajaan Sorga, hal itu adalah orang yang miskin di hadapan Allah.
        Potongan ayat di atas adalah salah satu dari rangkaian pengajaran Yesus di bukit saat banyak orang mencariNya. Dalam terjemahan Inggris Versi King James, orang miskin di hadapan Allah diartikan dengan the poor in spirit. Sedangkan dalam bahasa Yunani, kata miskin menggunakan πτωχός (ptōchos), yang artinya orang miskin, pengemis, membungkuk, merendahkan diri. Sementara itu, di hadapan Tuhan menggunakan πνεῦμα (pneuma) yang artinya bisa berarti Roh Tuhan, roh (bagian selain tubuh), spiritual, jiwa. Sehingga jika semua arti di atas digabungkan, arti kalimat miskin di hadapan Tuhan, bisa diartikan tidak punya apa-apa (tidak punya yang dibanggakan) di hadapan Tuhan, miskin secara spiritual atau jiwa yang miskin, sangat membutuhkan Tuhan (karena tidak punya apa-apa secara spiritual), merendahkan diri secara rohani/spiritual.
Itulah kunci untuk mendapatkan Kerajaan Sorga. Bukan dengan perbuatan kita, namun semua karena pertolongan Tuhan. Orang-orang ini adalah orang-orang yang benar-benar hanya bisa berharap pada Tuhan, tidak ada satupun yang bisa dibanggakan dan bahkan mereka merasa rendah secara spiritual (tidak sombong rohani). Sehingga arti miskin di hadapan Allah bukan berbicara mengenai miskin secara harta (uang) tapi miskin secara spiritual. Menarik sekali… Berbicara mengenai harta, saya jadi ingat dua orang kaya yang pernah bertemu dengan Yesus.

Orang kaya yang pertama, dari Lukas 18:18-27, adalah seorang pemimpin/seorang yang memiliki jabatan dalam agama Yahudi (ada kemungkinan dia kaya dari persembahaan jemaat). Ia datang kepada Yesus menanyakan apa yang harus diperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal. Lalu Yesus memberikan beberapa perintah Allah yaitu jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu. Dan apa jawab orang ini? Dia menjawab, "Semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku."  Waduh… Orang ini malah merasa sudah mampu dengan kekuatannya sendiri. Ingat… Jika ada orang datang dengan membawa perbuatan keagamaannya, maka Yesus akan menggunakan konteks Hukum Taurat!!! Dan benar, Yesus berkata bahwa masih ada satu hal yang harus dilakukan yaitu menjual semua hartanya dan dibagikan kepada orang-orang miskin, supaya beroleh harta di Sorga. Tentu saja hal tersebut membuat dia sedih karena hartanya sangat banyak.

Lukas 18:24-27 Lalu Yesus memandang dia dan berkata: "Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." Dan mereka yang mendengar itu berkata: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" Kata Yesus: "Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah.”

Wah… Berat juga ya. Apakah orang harus dilarang kaya untuk masuk Kerajaan Allah?
            Orang tersebut memang kaya secara materiil. Tapi mari kita amati lebih detail, orang ini kaya dalam 2 hal, harta dan spiritual. Dalam hal harta, Yesus menyindir pemimpin tersebut dimana, para petinggi agama Yahudi memiliki harta yang banyak, hasil persembahan jemaat yang berusaha keras untuk melakukan kewajibannya sebagai penganut agama yang baik (padahal mungkin mereka, miskin secara harta). Sedangkan dalam hal spiritual, orang ini kaya dalam spiritual. Dia dengan gagah merasa sudah melakukan hukum agama melalui perbuatannya. Dia merasa tidak memerlukan Juru Selamat lagi. Sehingga apa yang Yesus lakukan? Yesus menambah beban Tauratnya dengan menyuruhnya untuk menjual semua hartanya dan dibagikan kepada orang miskin. Orang yang merasa kaya dalam spiritual, susah masuk Kerajaan Sorga. Karena, orang miskin dalam spiritual-lah yang empunya Kerajaan Sorga. Tuhan mencari orang-orang yang membutuhkan Kasih Karunia, bukan yang membanggakan usahanya dalam menjalankan hukum agama. Karena sekuat tenaga manusia berusaha dalam hukum agama, pasti masih selalu ada kekurang-sempurnaan dalam perbuatannya. Hukum Taurat membutuhkan semua perintahnya ditaati, bukan cuma sebagian kecil atau sebagian besar. Tapi SEMUA.
         Orang kaya yang kedua, Lukas 19:1-10, adalah seorang kepala pemungut pajak, bernama Zakheus. Pada saat Yesus berjalan di kota Yerikho, Zakheus berusaha melihat Yesus dan memanjat pohon ara (karena pendek badannya). Saat Tuhan melihatnya, Ia berkata bahwa ingin berkunjung di rumahnya. Maka sangat gembiralah Zakheus. Namun, banyak orang mulai bersungut-sungut sebab seorang pemungut pajak dianggap pendosa. Pemungut pajak dianggap pemeras harta orang Yahudi yang akan diberikan kepada Kaisar. Belum lagi, jika mereka melakukan kecurangan dalam perhitungan pajak, guna memperkaya diri sendiri (mirip jaman sekarang ya…). Sehingga akibatnya, pemungut pajak dianggap pendosa, apalagi Zakheus adalah pemimpin para pemungut pajak.
            Karena begitu bahagianya karena Tuhan mampir ke rumahnya, Zakheus berdiri dan berkata "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." Dan inilah tanggapan Yesus

Lukas 19:9-10 Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."

Wow Luar Biasa… Ada keselamatan di rumah Zakheus. Dia berhak menerima janji Allah kepada keturunan Abraham. Tuhan tidak sedikitpun berbicara mengenai hukum agama karena Ia menggunakan konteks Kasih Karunia. Tidak ada satupun yang bisa dibanggakan oleh Zakheus. Dia tahu bahwa dia orang berdosa, namun dia menyambut Mesias dengan sukacita. Dia merasa bahagia saat Tuhan mau datang ke rumah seorang pendosa. Dan lihat responnya, dia memberikan separuh hartanya ke orang miskin, serta mengembalikan 4 kali lipat kepada orang yang diperasnya tanpa Yesus minta. Respon yang dilakukan Zakheus adalah sebuah limpahan syukur sebab Tuhan mau hadir dalam hidupnya yang berdosa. Saat ini saya berkata, Zakheus orang yang sangat kaya secara harta, tapi di saat yang sama dia miskin secara spiritual. Zakheus miskin di hadapan Tuhan, sehingga dia adalah empunya Kerajaan Sorga.
     Bandingkan kedua orang kaya tersebut. Apa bedanya? Sikap hatinya!! Orang kaya pertama membanggakan apa yang sudah dia perbuat. Sedangkan Zakheus, tidak punya apa-apa yang dapat ia banggakan. Orang pertama percaya pada usahanya, sedangkan Zakheus percaya pada Yesus serta menyambutnya. Orang kaya pertama tidak membutuhkan Juru Selamat karena ia merasa sudah benar, sedangkan Zakheus membutuhkan Yesus sebab ia tahu ia orang berdosa.
            Haleluya… Semua karena anugerah, dan selamanya akan tetap karena anugerah. Bukan usaha kita yang membuat Tuhan menyelamatkan kita, tapi respon hati kita. Hati yang percaya padaNya, hati yang berharap padaNya, hati yang menyambutNya, hati yang membutuhkanNya. Perbuatan kita adalah suatu bentuk respon ucapan syukur karena kita sudah diterima, diampuni dan diselamatkan oleh Juru Selamat kita, Yesus Kristus Tuhan. Amin.


Rabu, 08 November 2017

171108 Anjing

Sekedar intemezzo, kemarin sewaktu Base Meeting hari kamis, kami membahas mengenai Visi Tuhan bagi manusia yang diambil dari Efesus 2:1-10. Tuhan menciptakan manusia untuk tujuan baik dan semua terjadi karena Kasih Karunia.
Efesus 2:8-9. 2:8 “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu, jangan ada orang yang memegahkan diri.”
Luar biasa potongan firman Tuhan tersebut. Semua karena Kasih Karunia Tuhan!! Tidak ada satupun yang kita punyai, bisa kita banggakan di depan Tuhan. Haleluya!! Sedikit potongan firman Tuhan tersebut dan pokok pengajaran pada Base Meeting, akan menjadi dasar kita untuk  pengajaran firman Tuhan ini.
Pada postingan kali ini, kita akan melanjutkan sebuah pengajaran The God’s Code yang LUAR BIASA. Berhubung tema kali ini berkaitan erat dengan pengajaran nomor 171030, saya harap teman-teman dapat membacanya terlebih dahulu. Pada postingan nomor 171030  “Mengapa harus Yesus?”, kita belajar mengapa nama Tuhan haruslah Yesus. Hal tersebut berkaitan erat dengan peristiwa keluarnya orang Israel dari Mesir, menuju Tanah Perjanjian (melalui padang gurun selama 40 tahun). Yesus berkaitan erat dengan Yosua, pemimpin Israel saat itu. Yang menarik adalah seorang pengintai Israel, teman Yosua, yang mendapat Pembenaran Ilahi dan berhasil masuk ke Tanah Perjanjian. Dia adalah Kaleb bin Yefune.
Berdasarkan pembahasan yang lalu, Kaleb memiliki nama Ibrani כּלב (kâlêb), yang artinya Anjing. Jangan kaget dulu… “Anjing” bisa saja memiliki arti positif (seperti aktor silat Indonesia Mad Dog). Dan memang, Kaleb bisa dikatakan tokoh yang berani dan setia di bangsa Israel. Hmmm…Berbicara mengenai anjing, saya jadi teringat cerita seorang Siro-Fenesia yang dikatai, anjing, oleh Tuhan Yesus (Matius 15:21-28 dan Markus 7:24-30).


Suatu kali ada perempuan Yunani bangsa Siro-Fenisia yang tinggal di daerah Tirus memohon pada Yesus untuk menyembuhkan anaknya yang kerasukan setan. Pasti Nama dan mujizat Yesus begitu tenar sampai ke daerah Tirus, sehingga sampai ada orang Non-Israel memohon padaNya. Saat ia datang dan memohon, Yesus justru menolaknya. 

Matius 15:24 Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."
Markus 7:27 Lalu Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing."

Satu kata, WOW!!! Yesus, Tuhan kita mengatai orang Non-Israel itu dengan sebutan anjing. Oke… Mari kita bahas sejenak. Nubuatan kehadiran Yesus memang sudah dinyatakan oleh Nabi-Nabi orang Yahudi dari jaman dahulu. Yesus adalah Mesias yang dinanti-nantikan orang Israel, yang diharapkan akan membawa bangsa Israel lepas dari penjajahan dan menikmati kejayaan seperti pada jaman Daud. Yesus datang untuk memberikan roti (gambaran berkat sorga) kepada anak-anak (gambaran Israel, anak Allah), dan tidak pantas diberikan kepada anjing (gambaran bangsa Non-Israel).
Seperti diketahui, anjing adalah salah satu binatang haram berdasarkan Hukum Taurat. Dan memang, orang Yahudi dikenal sebagai bangsa eksklusif dan sering memandang rendah bangsa kafir (tidak menyembah Allah Abraham, Ishak dan Israel). Sehingga, panggilan anjing ini menunjukkan bahwa bangsa Non-Yahudi itu adalah bangsa yang najis karena menyembah dewa-dewa asing. Hmmm….
Jika kita dikatai dan direndahkan layaknya hewan seperti ayat di atas, apakah kita tetap bisa percaya kepada Tuhan Yesus?? Tentu sulit, siapa yang mau direndahkan seperti hewan?? Tapi ternyata, respon perempuan ini berbeda dari apa yang kita pikirkan.

Matius 15:27 Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya."
Matius 15:28 Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki. Dan seketika itu juga anaknya sembuh.”

Perempuan ini tidak sakit hati karena dikatai sebagai anjing. Namun, justru hal tersebut tidak mengendorkan imannya kepada Yesus. Yesus terkagum atas iman dari orang NON-YAHUDI ini. Dan akhirnya, anaknya sembuh.
            Maaf, belum selesai pengajaran firman Tuhan kali ini. Mari kita kembali ke Kaleb, si “Anjing” yang berani itu. Mari kita ambil firman Tuhan dari kitab Bilangan.
Bilangan 32:11-12 (TB)  Bahwasanya orang-orang yang telah berjalan dari Mesir, yang berumur dua puluh tahun ke atas, tidak akan melihat negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub, oleh karena mereka tidak mengikut Aku dengan sepenuh hatinya, kecuali Kaleb bin Yefune, orang Kenas itu, dan Yosua bin Nun, sebab keduanya mengikut TUHAN dengan sepenuh hatinya.
Luar biasa... Dari sekian juta orang yang keluar dari Mesir, Tuhan bersumpah hanya Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune (orang Kenas itu) yang bisa melihat Tanah Perjanjian. Kedua orang ini begitu percaya kepada Tuhan, sehingga mereka mendapatkan Kasih Karunia Tuhan untuk dapat pergi ke Tanah Perjanjian (gambaran keselamatan). TAPI, ada yang aneh dari perkataan Tuhan di atas. Perhatikan… Mengapa Kaleb bin Yefune harus diberi "gelar", orang Kenas itu?? Kenapa Yosua tidak disebutkan dari mana dia berasal?? Siapa itu orang Kenas?? Pasti ada yang menarik dari penekanan di atas.
            Inilah kebenaran firman Tuhan, ada 2 kemungkinan siapa itu orang Kenas. Berdasarkan, Kejadian 15:19, orang kenas adalah orang asli di daerah antara sungai Mesir dan sungai Efrat. Sedangkan kemungkinan yang kedua, berdasarkan Kejadian 36:11, orang Kenas adalah keturunan Esau (orang Israel adalah keturunan Yakub). Hal tersebut diperkuat dari akar kata Ibrani, קנז (qenas), yang berarti pemburu. Sebagai catatan, keturunan Esau adalah pemburu sedangkan keturunan Israel adalah penggembala. Apapun itu, dapat disimpulkan, orang Kenas bukanlah orang asli Israel. Luar Biasa!!! Kaleb adalah pengintai dari suku Yehuda. Dan Tuhan memberi penekanan, bahwa dia bukan orang Israel asli, tetapi orang Kenas. Kemungkinan, Kaleb adalah keturunan dari suku Yehuda, yang nikah campur dengan orang Non-Israel yaitu orang Kenas. Hal tersebut sebenarnya adalah kesalahan dan dilarang di budaya Israel. Namun, dapat kita lihat Kaleb bin Yefune, orang Kenas itu, berhasil masuk ke tanah perjanjian. Dia mendapat warisan Tanah Perjanjian juga. Inilah keadilan Tuhan, barang siapa percaya kepada Tuhan, maka ia akan diselamatkan!!!
           Bandingkan cerita Kaleb dan perempuan Siro-Fenisia di atas. Dengan iman, saya percaya, bahwa Yesus tidak pernah sembarangan mengatakan sesuatu. Ingat di postingan 171027, Yesus berbicara mengenai Kuk yang sebenarnya diambil dari Pikulan/Kuk pada Tabut Perjanjian. Yesus terlalu cerdas, untuk sembarangan berbicara. Oleh karena itu, kemungkinan besar saat Yesus mengatakan perempuan Siro-Fenisia dengan sebutan anjing, sebenarnya Dia sedang menguji iman dari perempuan itu. Mungkin Yesus menguji, apakah perempuan ini memiliki iman seperti Kaleb,  "Anjing" itu? 
              Ada 3 komponen yang sangat mirip dari kedua cerita di atas. Pertama adalah orang Non-Israel. Yang kedua adalah pengunaan kata anjing. Dan ketiga adalah roti untuk anak-anak. Baik… Mungkin untuk 2 komponen pertama, kita semua dapat memahami dari paparan di atas. Namun untuk komponen ketiga, roti untuk anak-anak, apa artinya? Ingat, di padang gurun, Allah memberikan Roti Manna (Roti Surga/dari langit) kepada orang Israel. Dan Kaleb, memakan Roti Manna juga. Luar biasa!!! Inilah Kasih Karunia!!! Tuhan Allah tidak melihat status Kaleb, sehingga dia yang Non-Israel bisa mendapatkan Warisan Tanah Perjanjian dan menikmati Roti Manja. Demikian juga Tuhan YESUS yang melihat iman orang Siro-Fenisia, sehingga dia orang Non-Israel mendapatkan warisan dan roti secara spiritual. Dan saat ini kita bisa berkata, Kaleb yang menjadi Israel dan mendapatkan Warisan Ilahi itu secara jasmaniah, sedangkan perempuan Siro-Fenisia itu menjadi “Israel Baru” (melalui Yesus) dan mendapatkan Warisan Ilahi secara spiritual. Haleluya!!! Wow… Sekali lagi, manusia diselamatkan karena percaya kepada Yesus, bukan karena dia Yahudi Israel atau bukan. Semua karena Kasih Karunia dalam Yesus Kristus. Barangsiapa yang percaya kepada Yesus, tidak akan dipermalukan. Janji Tuhan kepada Israel, juga akan didapatkan kepada kita Israel Baru, kita mendapatkan Warisan dan Roti Sorga melalui Tuhan Yesus. Semua bangsa bisa mendapatkan janji Tuhan kepada Israel dan menjadi Israel Baru melalui Yesus Kristus Tuhan. Amin...